Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Financial Artikel Utama

Hikmah dari Hidup Nastasia Urbano, Miliarder yang Kini Jadi Tunawisma

7 Februari 2019   10:09 Diperbarui: 7 Februari 2019   16:31 2410
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
nastasia urbano (sumber: dewiku.com/IG nurbano518)

Nama Nastasia Urbano barangkali terdengar asing saat ini. Namun, pada era 1980-an, nama tersebut "berkibar" ibarat bendera di dunia fashion.

Maklum, Nastasia memang dikenal sebagai model papan atas, yang banyak menghiasi sampul majalah-majalah fashion kelas dunia, seperti Vogue.

Boleh dibilang, era 80-an adalah masa keemasan Nastasia Urbano. Disebut demikian karena ia tak hanya menjadi pusat perhatian dunia, tapi juga mendapat banyak kemewahan.

Dalam sebuah wawancara, ia menyebut bisa menghasilkan 1 juta USD hanya dengan bekerja selama 20 hari, dan uang tersebut cukup membiayai hidupnya selama setahun.

Gaya hidup Nastasia pun meningkat. Oleh karena mempunyai kekayaan yang berlimpah, ia dan suaminya hidup sangat konsumtif. Mereka menghabiskan uang untuk barang-barang mewah, seperti mobil, rumah, dan pakaian.

Gaya hidup tersebut terus berlanjut walaupun nama Nastasia mulai "surut" di dunia model. Akibatnya sudah bisa ditebak. Mereka akhirnya terjerat krisis ekonomi, dan jatuh dalam titik nadir kehidupan.

Kini, setelah namanya tenggelam selama hampir tiga dekade, Nastasia dikabarkan menjadi tunawisma di Barcelona, Spanyol. Di kota asal klub kaya FC Barcelona itu, Nastasia yang kini berusia 57 tahun susah dapat penghidupan yang layak, dan harus tidur di emperan bank setiap malam.

Sebuah akhir yang sedih untuk model superstar yang dulunya hidup mapan dan bergelimang materi.

Sewaktu mendengar cerita Nastasia, pikiran saya tiba-tiba teringat pada sosok Chris Gardner. Kisah keduanya kurang-lebih mirip, hanya urutannya saja yang berbeda. Kalau Nastasia dielu-elukan oleh dunia pada tahun 1980-an, Chris bukanlah siapa-siapa. Ia hanya seorang sales, yang berjuang menawarkan alat kesehatan kepada dokter di sejumlah rumah sakit.

Saat Nastasia bepergian dengan nyaman ke manapun naik BMW, Chris mesti berjibaku menghadapi padatnya kereta bawah tanah agar ia bisa tiba di tempat kerja. Untuk mengirit ongkos, Chris pun terbiasa berjalan kaki. Ia enggan naik taksi, lantaran ia tahu kalau ia pergi naik taksi, sudah pasti tidak akan ada cukup uang untuk makan dan kebutuhan lain.

Ketika Nastasia dan suaminya tinggal di rumah yang mewah, Chris dan keluarga kecilnya mesti menetap di kontrakan yang sederhana. Di sana, bersama istri dan putranya, ia mesti makan secukupnya dan menjalani hidup apa adanya. Oleh karena punya sedikit sekali uang, ia sering berkelit sewaktu pemilik kontrakan menggedor-gedor pintu, berusaha menagih uang sewa.

Setelah lama menunggak ongkos sewa, si pemilik kontrakan akhirnya mengusir Chris, dan ia mesti hidup sebagai tunawisma. Bersama putranya, Chris, yang pada waktu itu telah bercerai dengan istrinya, harus terbiasa menghabiskan malam di toilet stasiun, atau rumah singgah untuk gelandangan. Sebuah tempat yang tentunya tidak layak ditinggali.

Biarpun pada tahun 1980-an harus berjuang bertahan hidup, kini Chris telah menjadi miliarder. Semua itu bisa terjadi setelah ia diterima bekerja sebagai pialang saham di Dean Witter Reynolds, dan kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, Garder Rich & Co, pada tahun 1987. Lewat perusahaan tersebut, ia terus berinvestasi, berupaya mengembangkan uangnya, hingga uangnya jadi banyak.

chris gardner (sumber: detik.com)
chris gardner (sumber: detik.com)
Berbeda dengan Nastasia yang namanya dilupakan orang-orang, Chris kemudian jadi terkenal setelah ia menerbitkan otobiografinya, yang berjudul Pursuit of Happyness. 

Buku itu ternyata laris dan disambut baik, hingga Hollywood tertarik memfilmkannya. Film dengan judul yang sama pun dirilis pada tahun 2006. Film yang dibintangi oleh aktor Will Smith tersebut menyabet cukup banyak penghargaan, di antaranya Oscar.

Hidup Hemat dan Kekuatan Investasi
Kehidupan Nastasia Urbano dan Chris Gardner sekarang ibarat dua "kutub" yang berbeda. Natasia hidup morat-marit sebagai tunawisma, sementara Chris sebaliknya. Ia dapat menjalani hidup dengan nyaman dan menikmati buah kerja kerasnya.

Namun, berbeda dengan Nastasia yang boros dan konsumtif pada masa jayanya, Chris tetap hidup dengan sederhana, biarpun kini sudah berlimpah materi. Pengalaman hidup susah yang dulu sempat dialaminya tampaknya membekas kuat di batinnya sehingga ia selalu bijak menggunakan uangnya. Makanya, jangan heran, kekayaannya mampu bertahan lama.

Perbedaan nasib mereka tentu memberi kita pelajaran penting. Bahwa kehidupan itu susah sekali ditebak. Tidak ada yang bisa memprediksi secara akurat masa depan seseorang. Buktinya, Nastasia, yang dulunya dibayar 1 juta dollar dengan hanya bekerja selama 20 hari, bisa berakhir begitu, sementara Chris, yang pada masa mudanya luntang-lantung di jalanan, sekarang hidup dengan baik.

Pelajaran lainnya, gaya hidup ternyata bisa berpengaruh besar terhadap kesuksesan seseorang pada masa depan. Ini yang menarik. Selain Chris, saya sering heran mengamati gaya hidup para miliarder. 

Sebab, daripada berfoya-foya dengan kekayaannya, mereka justru lebih nyaman menjalani sederhana dan hemat. Perhatikanlah kehidupan Warren Buffett, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg. Kalau menyimak kehidupan mereka, mereka jauh dari kesan mewah.

Kesan itu pun yang saya dapat sewaktu saya berinteraksi dengan kenalan saya yang kaya. Biarpun tahu bahwa hidup mereka sangat mapan, mereka enggan menghambur-hamburkan uang untuk kemewahan, seperti pakaian, mobil, dan rumah. Bagi mereka, asalkan bisa hidup dengan layak, itu sudah cukup.

Pelajaran berikutnya adalah kekuatan investasi. Hidup hemat ternyata tidaklah cukup. Sebab, tanpa investasi, uang yang dimiliki susah lestari. Chris menyadari hal itu sejak muda. Makanya, ia mendirikan perusahaan yang bisa mengelola dan menumbuhkan uangnya. Jadi, jangan heran, sampai ia pensiun pun, uangnya tetap awet.

Oleh sebab itu, siapapun yang ingin melestarikan kekayaannya mesti belajar berinvestasi. Berinvestasi itu sebetulnya mudah. Pilihan instrumennya pun beragam. Kita cukup memilih instrumen tertentu, yang sesuai dengan profil risiko kita. 

Untuk yang berprofil konservatif, misalnya, kita bisa memilih emas, tanah, deposito, pendidikan, reksa dana pasar uang, dan obligasi sebagai instrumen investasi; untuk moderat, bisa fintech peer-to-peer lending dan reksa dana campuran; sementara untuk agresif, bisa saham atau reksadana saham.

Nastasia Urbano harus menjalani hidup yang miris pada usia senjanya karena dulu ia boros membelanjakan uangnya untuk kemewahan, bukannya hidup hemat dan sederhana, serta terlambat menyadari arti investasi. 

Andaikan ia melakukan hal tersebut sejak masih muda, tentu kekayaannya akan bertahan lama, dan ia dapat menikmati hidupnya dengan lebih sejahtera.

Salam.

Adica Wirawan, founder of Gerairasa

Referensi:

Dulu Berpenghasilan Sejuta Dollar, Mantan Model Kini Jadi Gelandangan

Perjuangan Chris Gardner, Gelandangan yang Jadi Miliuner

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Financial Selengkapnya
Lihat Financial Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun