Setelah lama menunggak ongkos sewa, si pemilik kontrakan akhirnya mengusir Chris, dan ia mesti hidup sebagai tunawisma. Bersama putranya, Chris, yang pada waktu itu telah bercerai dengan istrinya, harus terbiasa menghabiskan malam di toilet stasiun, atau rumah singgah untuk gelandangan. Sebuah tempat yang tentunya tidak layak ditinggali.
Biarpun pada tahun 1980-an harus berjuang bertahan hidup, kini Chris telah menjadi miliarder. Semua itu bisa terjadi setelah ia diterima bekerja sebagai pialang saham di Dean Witter Reynolds, dan kemudian mendirikan perusahaannya sendiri, Garder Rich & Co, pada tahun 1987. Lewat perusahaan tersebut, ia terus berinvestasi, berupaya mengembangkan uangnya, hingga uangnya jadi banyak.
Buku itu ternyata laris dan disambut baik, hingga Hollywood tertarik memfilmkannya. Film dengan judul yang sama pun dirilis pada tahun 2006. Film yang dibintangi oleh aktor Will Smith tersebut menyabet cukup banyak penghargaan, di antaranya Oscar.
Hidup Hemat dan Kekuatan Investasi
Kehidupan Nastasia Urbano dan Chris Gardner sekarang ibarat dua "kutub" yang berbeda. Natasia hidup morat-marit sebagai tunawisma, sementara Chris sebaliknya. Ia dapat menjalani hidup dengan nyaman dan menikmati buah kerja kerasnya.
Namun, berbeda dengan Nastasia yang boros dan konsumtif pada masa jayanya, Chris tetap hidup dengan sederhana, biarpun kini sudah berlimpah materi. Pengalaman hidup susah yang dulu sempat dialaminya tampaknya membekas kuat di batinnya sehingga ia selalu bijak menggunakan uangnya. Makanya, jangan heran, kekayaannya mampu bertahan lama.
Perbedaan nasib mereka tentu memberi kita pelajaran penting. Bahwa kehidupan itu susah sekali ditebak. Tidak ada yang bisa memprediksi secara akurat masa depan seseorang. Buktinya, Nastasia, yang dulunya dibayar 1 juta dollar dengan hanya bekerja selama 20 hari, bisa berakhir begitu, sementara Chris, yang pada masa mudanya luntang-lantung di jalanan, sekarang hidup dengan baik.
Pelajaran lainnya, gaya hidup ternyata bisa berpengaruh besar terhadap kesuksesan seseorang pada masa depan. Ini yang menarik. Selain Chris, saya sering heran mengamati gaya hidup para miliarder.Â
Sebab, daripada berfoya-foya dengan kekayaannya, mereka justru lebih nyaman menjalani sederhana dan hemat. Perhatikanlah kehidupan Warren Buffett, Bill Gates, dan Mark Zuckerberg. Kalau menyimak kehidupan mereka, mereka jauh dari kesan mewah.
Kesan itu pun yang saya dapat sewaktu saya berinteraksi dengan kenalan saya yang kaya. Biarpun tahu bahwa hidup mereka sangat mapan, mereka enggan menghambur-hamburkan uang untuk kemewahan, seperti pakaian, mobil, dan rumah. Bagi mereka, asalkan bisa hidup dengan layak, itu sudah cukup.
Pelajaran berikutnya adalah kekuatan investasi. Hidup hemat ternyata tidaklah cukup. Sebab, tanpa investasi, uang yang dimiliki susah lestari. Chris menyadari hal itu sejak muda. Makanya, ia mendirikan perusahaan yang bisa mengelola dan menumbuhkan uangnya. Jadi, jangan heran, sampai ia pensiun pun, uangnya tetap awet.