Harga saham perusahaan komputer yang saya beli beberapa bulan lalu tiba-tiba melonjak. Alih-alih senang, saya justru merasa heran. Pasalnya, itu adalah saham awal yang saya miliki. Pada saat memilih saham tersebut, tidak terpikir oleh saya bahwa harganya akan naik drastis dalam waktu yang begitu singkat.
Namun demikian, keberuntungan terkadang berpihak pada para "newbie". Saham yang saya boyong beberapa lot itu kemudian melesat selang beberapa hari, dan sampai saya menulis artikel ini, saya "masih" menikmati keuntungan 13%.
Oleh karena merasa penasaran, saya kemudian menyelidiki penyebab naiknya harga saham tersebut. Hal itu saya lakukan karena saya tahu bahwa di dunia saham, tidak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan.Â
Semua perubahan di sana selalu didasari oleh prinsip sebab-akibat. Makanya, untuk mengetahui alasan terjadinya perubahan harga suatu saham, sudah seharusnya kita menemukan sebab-sebabnya.
Setelah menelusuri laporan keuangan kuartal ketiga perusahaan tersebut, akhirnya saya menemukan "titik terang". Pasalnya, di situ memang terdapat data adanya peningkatan Laba Per Saham alias Earning Per Share (EPS) antara tahun lalu (2017) dan tahun ini (2018).Â
Kenaikannya pun lumayan besar, mencapai 22%. Jadi, jangan heran kalau harga sahamnya juga ikut terkerek naik. Kenaikan EPS biasanya berbanding lurus dengan kenaikan harga saham.
Bagi sejumlah investor, pertumbuhan EPS bisa menjadi "barometer" utama dalam memilih saham. Biarpun harga sahamnya terbilang sudah mahal, asalkan EPS-nya naik dari waktu ke waktu, mereka akan tetap beli.
Sebagai contoh, mari kita cermati saham ACES. Sepanjang tahun 2018, saham ini memang menunjukkan kinerja yang luar biasa.Â
Biarpun perekonomian tanah air terus "dirongrong" oleh melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar, perusahaan yang menaunginya, yaitu PT Ace Hardware Indonesia Tbk, mampu membukukan omset yang besar.
Akibatnya, perusahaan itu pun "mendulang" banyak laba. Nilai EPS-nya terus naik sepanjang tiga kuartal, dan harga sahamnya pun ikut-ikutan "terbang", dari Rp 1.170 pada tanggal 2 Januari 2018 hingga Rp 1.615 pada tanggal 30 November 2018. Artinya, kalau ada investor yang menahan saham itu selama periode tersebut, bisa dipastikan ia akan mereguk untung sebesar 38%.