Dengan susah payah, akhirnya Hilman berhasil mencapai lokasi yang dituju. Berakhirlah "drama" perjalanan yang sangat mencekam itu!
Namun, seperti kisah drama lainnya, ternyata babak lain masih berlanjut! Pasalnya, esok paginya, Hilman kaget mengetahui bahwa akun driver-nya telah di-suspend, sehingga ia tidak bisa bekerja selama lima hari!
Hilman kemudian menghubungi call center dan si petugas menjelaskan alasan akunnya diblokir. Ternyata penyebabnya ialah ulah si penumpang yang kemarin dibawanya. Si penumpang yang kecewa berkoar-koar, kemudian mengirim laporan yang buruk kepada call center, sehingga si petugas kemudian mem-blacklist akun Hilman sementara waktu.
Hilman murka mendengar hal itu. Tanpa tendeng aling-aling, ia langsung mendatangi kediaman si penumpang. Kebetulan, saat itu, si penumpang baru akan masuk ke mobil yang dipesannya.
Namun, sebelum berangkat, Hilman langsung menyerobot menemui si driver, dan meminta si driver agar membatalkan order-an si penumpang tadi.
"Sini biar gue batalin order-annya. Gue ganti uangnya. Asal lu tau. Gara-gara orang ini, akun gue diblokir."
Seperti yang sudah-sudah, drama itu berakhir dengan "kekacauan". Semuanya berujung pada pertengkaran hebat antara si penumpang dan si driver.
Biarpun penuh kegetiran, setidaknya masih ada "amanat" yang bisa dipetik.
Pertama, cerita di atas seyogyanya menjadi pelajaran bagi driver online dalam menentukan putusan untuk mengangkut penumpang. Sebab, tidak semua penumpang layak dilayani. Kalau awalnya sudah ada "rambu kuning" dalam komunikasi yang mengarah pada "bibit-bibit" konflik, lebih baik si driver membatalkan order alih-alih terjadi peristiwa yang kurang enak seperti di atas.
Kedua, penumpang juga perlu belajar menghormati driver. Pasalnya, keberadaan angkutan online mengusung konsep ride-sharing. Penumpang dan driver berbagi kendaraan menuju sebuah lokasi. Makanya, para driver janganlah dianggap sebagai "sopir pribadi", yang bebas disuruh-suruh seenaknya.
Ketiga, pelajaran yang sama juga berlaku untuk penyedia aplikasi. Pasalnya, selama ini, hanya pihak driver-lah yang mendapat rating. Sementara itu, tidak ada fitur rating di aplikasi penumpang. Hal itulah yang kemudian bisa menyebabkan penumpang berlaku sesukanya kepada driver.