Pasalnya, kalau membandingkan kisahnya dengan temannya sesama driver angkutan online, kisahnya belumlah apa-apa! Cerita itu sendiri dimulai sewaktu Heri menyinggung "kisah getir" yang dialami temannya. Sebut saja ia Hilman.
Hilman pun tiba di lokasi, masuk ke parkiran, sementara si penumpang berdiri menunggu di pintu keluar. Jalan di pusat niaga itu satu arah, sehingga kalau terlewat satu pintu, mobil harus memutar cukup jauh.
Celakanya, Hilman terlewat beberapa mobil di parkiran, cukup jauh dari gerbang tempat si penumpang menanti.
"Halo. Pak, saya tunggu di depan, dekat mobil x. Saya terlewat beberapa mobil dari pintu keluar tempat Bapak berdiri. Susah putar balik." Kata Hilman, dari ujung telepon.
Namun, dengan ketus, si penumpang tetap kukuh kalau Hilman harus menjemputnya persis di depan pintu keluar. Kemudian, Hilman menawarkan diri menjemputnya memakai payung, sehingga ia tak perlu berputar.
Akan tetapi, si penumpang tetap menolak dengan suara keras. Akhirnya, Hilman pun mengalah. Ia memilih memutar untuk menjemput si penumpang. Singkat cerita, masuklah si penumpang ke mobil Hilman.
Akibat peristiwa itu, si penumpang menjadi bad mood. Pasalnya, sewaktu Hilman meminta uang parkir yang harus dibayarkan di loket keluar, si penumpang malah marah-marah.
"Itu kan urusan Bapak!" Katanya disertai nada tinggi.
Lagi-lagi Hilman mengalah. Ia rela merogoh uang dari kantongnya untuk membayar parkir.
Seperti sudah bisa ditebak, perjalanan itu terasa penuh "ketegangan". Si penumpang ogah menunjukkan jalan kepada Hilman dan malah menyuruhnya mencari saja lokasi yang dimaksud di aplikasi, biarpun Hilman telah bersikap seramah mungkin!