Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Akankah Serangan Ransomware Seperti WannaCry Lebih "Buas" pada Tahun 2018?

26 Desember 2017   13:15 Diperbarui: 26 Desember 2017   13:47 1194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi pencegahan ransomware (sumber: https://www.imperva.com/assets/images/ransomware_after_lg.png)

Kelompok itu ternyata menggunakan metode baru dalam menyebarkan WannaCry. Sekadar informasi, ransomware umumnya disebar dengan sejumlah cara dan media. Dengan mengutip laporan dari Osterman Research Inc., Kompasianer Giri Lumakto memaparkan bahwa 59% infeksi berasal dari email, dari web/aplikasi sekitar 24%, dan sisanya 8% dari USB flash, sosial media, dan aplikasi bisnis.

Namun, persebaran WannaCry tidak lewat media demikian. Pasalnya, para hacker mengincar sistem jaringan. Makanya, jangan heran kalau persebarannya sedemikian masif dalam waktu singkat.

Setelah menyerang sistem tersebut, WannaCry akan mengunci semua data di dalam komputer dan memperlihatkan sebuah notifikasi agar pemilik data menyetorkan sejumlah uang untuk "menebus" datanya yang sudah ditawan. Ternyata itulah tujuan utama para hacker itu melancarkan serangan ransomware ke sejumlah jaringan. Maklum saja, upaya penyerangan sistem dengan ransomware sudah menjadi bisnis yang menguntungkan para hacker karena mayoritas korbannya bersedia menebus data yang ditawan dengan nominal yang besar.

Hal itu tentunya sejalan dengan laporan Cyber Threat Alliance, yang dikutip Kompasianer Giri Lumakto. Berdasarkan laporan itu, uang tebusan ransomware yang dibayarkan di tahun 2015 mencapai US$ 325 juta. Sementara itu, FBI melaporkan bahwa sekitar US$209 juta pada triwulan awal 2016 telah disetor untuk membebaskan data yang "disandera" oleh para hacker.

Namun demikian, para hacker itu kini tidak melulu menuntut transfer uang lewat bank, tapi juga transaksi bitcoin. Seperti penuturan kompasianer Rennata Heriatna, transfer bitcoin dinilai jauh lebih aman daripada via bank. Pasalnya, semua transaksi bitcoin, yang diatur oleh sistem blockchain, bersifat anonim. Makanya, hal itu membuat pihak berwajib sulit melacak aliran uang kalau disalurkan lewat bitcoin. "Ransomware WannaCry seperti alat untuk membuat kita semua menukarkan uang kita dengan Bitcoin," tutur Rennata Heriatna.

"Benteng" Pencegahan Ransomware

Untuk mencegah persebaran ransomware, kelima kompasianer tersebut menawarkan sejumlah cara yang dapat dipakai. Berikut ini empat langkah yang bisa ditempuh untuk menangkis penyebaran ransomware.

Pertama, isolasi jaringan server.Dalam artikelnya yang berjudul "Langkah Darurat Pencegahan Ransomware WannaCry", Kompasianer Gildas Deograt Lumy menyebutkan bahwa isolasi jaringan bisa dilakukan dengan melepas koneksi kabel LAN atau membatasi paket jaringan dengan firewall atau fungsi ACL (Access Control List) pada LAN switch jika ada. Pengisolasian wajib dilakukan karena pendiskoneksian internet saja tidaklah cukup. Sebab, penyebaran ransomware tersebut sangat cepat hingga tanpa sadar, data-data milik kita sudah disandera olehnya.

Kedua, lakukan backup data.Seperti disebutkan oleh Kompasianer Geyonk, backup data harus dilaksanakan sebagai upaya antisipasi dan proteksi. Jangan sampai kita rugi jutaan rupiah lantaran lalai mengamankan data-data penting di dalam perangkat. Lebih lanjut, Geyonk juga membedakan proses backup data berdasarkan jenis datanya.

Data yang cenderung tetap dan bertambah seiring waktu, seperti foto dan video, bisa disimpan ke HDD external. Membeli HDD eksternal bukanlah hal yang sia-sia. Biarpun harganya mungkin berkisar ratusan ribu hingga jutaan rupiah, manfaatnya tentu lebih besar alih-alih kita harus menebus data yang ditawan dengan harga yang jauh mahal.

Sementara itu, data sangat penting dan cepat berubah, bisa disimpan data pada atau komputasi awan. Kini telah tersedia beragam layanan komputasi awan yang bisa kita gunakan, seperti Dropbox, Gdrive, dan Icloud. Hanya saja, bedakan akun untuk data backup dan data sharing. Pastikan aplikasi sync pada komputasi awan yang kita gunakan hanya yang digunakan untuk file sharing sehari-hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun