Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pada Tahun 2018, "Tsunami Fintech" di Tanah Air akan Berlanjut?

11 Desember 2017   09:41 Diperbarui: 11 Desember 2017   09:46 1230
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
para narasumber dalam acara workshop entrepreneurship di menara bank Danamon (sumber: dokumentasi pribadi)

Bingung? Baiklah. Akan saya sederhanakan. Izinkan saya menjelaskannya lewat ilustrasi berikut. Andaikan saja kita punya sebuah dokumen penting berbentuk file. Untuk menjaga kerahasiaan isinya, kita mengunci dokumen itu dengan kata sandi milik kita. 

Kita kemudian berniat mengirim dokumen itu ke orang lain lewat email. Namun karena hanya ada satu kata sandi, kita secara otomatis akan memberi tahunya kepada orang tersebut agar dia bisa membuka dokumen itu.

Nah, hal itu tentu berisiko karena kata sandi itu bisa "bocor" sehingga semua orang dapat mengetahuinya. Bisa saja, ada orang yang "iseng" menyebarkannya di grup wa. Nah, kalau menggunakan asymmetrical cryptography, kita bisa mengantisipasi "kebocoran" itu. Sebab, kita dan orang lain punya kunci yang berbeda.

Jadi, sewaktu kita mengunci dokumen itu, lalu mengirimnya kepada orang lain, orang lain tidak perlu meminta kata sandi kita, karena dia punya kunci lain yang bisa digunakan untuk mengakses dokumen itu. 

Dengan demikian, dua kunci yang berbeda bisa membuka dokumen yang sama. (Sampai di sini, semoga Anda jelas. Jika belum, silakan telusuri informasi seputar kinerja asymmetrical cryptography di google. Hehehehehe).

Marshall kemudian menjelaskan bahwa sistem itu mempunyai sejumlah kegunaan. Misalnya saja, pada saat kita mengajukan kredit di bank, kita tak perlu repot-repot datang ke bank untuk melakukan tanda tangan. Sebab, tanda tangan bisa dilakukan lewat aplikasi dan terjamin keamanannya. Hal itu tentu saja menghemat lebih banyak waktu, biaya, dan kertas.

Juga, sewaktu kita akan mengumpulkan tanda tangan dari sejumlah orang yang berbeda, misalnya, kita bisa memakai layanan itu. Biarpun orang tersebut berada di luar kota, mereka bisa menandatangani dokumen itu secara real time sehingga kita tidak perlu menunggu mereka terlalu lama. 

(Sepertinya mahasiswa yang ingin minta tanda tangan dari dosen pembimbing membutuhkan layanan ini. Hahahahahahahahahahaha) Singkatnya, layanan yang ditawarkan Privy.id memangkas lebih banyak prosedur yang bertele-tele.

Setelah selesai menyimak "kebijaksanaan" dari kedua wirausahawan itu, mata saya menjadi terbuka lebar bahwa "revolusi digital", khususnya di bidang keuangan, sudah dimulai. 

Dengan melihat perkembangan infrastruktur dan ekosistem digital yang terus bertumbuh di masyarakat, bisa jadi, pada tahun 2018, akan muncul "pemain-pemain baru" dalam bidang financial technology dengan keunikan layanan, seperti Investree dan Privy.id. Oleh sebab itu, kita tunggu saja lanjutan dari gelombang "tsunami" fintech yang sudah terjadi sejak beberapa tahun lalu di tanah air.

Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun