Kabar itu memberiku sebuah "lampu hijau". Pasalnya, berita seperti itulah yang paling "lezat disantap" oleh para warganet. Makanya, saat mendapat linknya, aku langsung melihat video tersebut dan membuat tulisan.
Benar saja! Dalam waktu singkat, artikel yang ku-post masuk trending di Google dan selebihnya menjadi viral. Dari situlah kemudian media cetak dan elektronik berusaha menguak identitas gadis yang belakangan diketahui bernama Hana itu.
Namun demikian, aku tak pernah menyangka bahwa gadis itu kemudian menjadi depresi akibat "dikeroyok" media hingga dia berpikiran sempit. Pasalnya, dua hari kemudian, dia nekat menabrakan diri ke kereta yang sedang melaju cepat!
Makanya, sewaktu aku bertanya, orangtuanya menjelaskan kalau yang di dalam peti jenazah hanyalah sisa-sisa tubuhnya. Semua bulu kudukku menjadi tegak. Sesaat hawa dingin "menjamah" tubuhku.
Sejujurnya, aku berempati kepada keluarganya, sekaligus merasa bersalah. Maafkan aku hana. Aku hanya menjalankan tugasku sebagai seorang jurnalis. Jangan kauhantui aku seperti kejadian sebelumnya. Aku mohon ampun!
Hari sudah malam sewaktu aku meninggalkan rumah duka. Sejak dihantui oleh sosok gadis yang kujumpai di kereta tempo lalu, aku menjadi waswas setiap naik kereta. (Selengkapnya, kau bisa membaca kisahku sebelumnya di artikel "Kupu-kupu Malam" di Kereta)
Aku tiba di kostan hampir jam 10 malam. Ada artikel yang harus segara kutulis. Makanya, aku langsung mengambil minuman kaleng di kulkas dan menyalakan laptop.
Namun, tiba-tiba saja, lampu padam. Mati listrik? Bisa saja. Pasalnya, di sekelilingku gelap total.
Sewaktu akan melihat jendela, aku merasa melihat sekelebat bayangan putih. Hantu? Entahlah. Namun, yang jelas aku mencium aroma kembang yang sangat wangi. Padahal, aku tidak menggunakan pengharum ruangan sama sekali.
Dalam kesunyian tiba-tiba saja aku mendengar lagu Gereja Tua. Sebuah lagu yang sempat kudengar di rumah duka sebelumnya.