Fitur kedua yang unik adalah Skrining Riwayat Kesehatan. Sederhananya, fitur itu memuat semua informasi tentang riwayat penyakit dan jumlah kunjungan rumah sakit peserta. Fitur itu penting dimiliki untuk mempercepat proses rujukan.
Padahal, kenalan saya harus segera dipindahkan ke rumah sakit lain untuk mendapat penanganan yang lebih memadai. Makanya, dengan adanya fitur tersebut, peserta bisa langsung dirujuk ke rumah sakit lain karena semua informasi kesehatannya tercatat di aplikasi. Jadi, peserta hanya perlu menunjukkan riwayat penyakitnya tanpa perlu menjalani pemeriksaan ulang.
Fitur terakhir yang menarik dibahas adalah Pengaduan Keluhan. Di fitur itu, kita bisa "curhat" manakala mendapat pelayanan yang kurang baik dari rumah sakit. Di situ tersedia layanan care center 1500-400. Semua laporan yang masuk kemudian akan diproses dan ditindaklanjuti.
Fitur itu pun akan dikembangkan lebih lanjut. Pasalnya, Pak Gunadi menyebut bahwa manajemen BPJS Kesehatan berencana melengkapinya dengan videocall. Dengan demikian, peserta bisa berinteraksi langsung dengan tim dokter ketika punya penyakit.
Andaikan Yosi sekarang masih hidup, orangtuanya tentu sudah mendaftarkannya sebagai peserta BPJS Kesehatan. Sayangnya, dia hidup sebelum layanan BPJS Kesehatan terbentuk sehingga tidak bisa menikmati manfaatnya.
Walaupun demikian, "beban" yang harus dipikul Yosi akibat proses cuci darah secara rutin tak mesti terulang pada anak-anak manapun. Pasalnya, dengan adanya BPJS Kesehatan, setiap anak di Indonesia punya kesempatan yang sama untuk mendapat layanan di rumah sakit tanpa takut terhadap biaya yang harus ditanggungnya.
Salam
Adica Wirawan, founder of Gerairasa.com