Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Pengalaman Kuliah Tak "Setipis" Lembaran Ijazah

10 Agustus 2017   07:54 Diperbarui: 11 Agustus 2017   09:06 1320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sertifikat tersebut niatnya dijadikan sebagai jaminan kredit. Lantaran bentuknya yang sangat mirip dengan aslinya, sertifikat itu akhirnya berhasil "mengelabui" manajemen BPR, sehingga manajemen harus menanggung kerugian sekian miliyar rupiah.

Kasus pemalsuan dokumen itu tentunya bikin waswas. Dengan kecanggihan teknologi, kini orang-orang bisa memalsukan dokumen dengan mudah. Bahkan, dokumen yang "diotak-atik" identik dengan aslinya sehingga sukar dibedakan.

Ijazah Palsu

Di antara sekian dokumen yang dimanipulasi bentuknya, pemalsuan ijazah ternyata masih sering terjadi. Buktinya, selain sertifikat, polisi juga berhasil menemukan puluhan ijazah palsu di Tambora. Hal itu tentunya menambah "daftar panjang" kasus pemalsuan ijazah sebelumnya.

Namun demikian, mengapa masih banyak orang yang mencoba memalsukan ijazah walaupun tahu kalau perbuatan itu jelas melanggar hukum? Jawabannya bermacam-macam.

Umumnya hal itu dilakukan untuk "memuluskan" jalan seseorang untuk mendapat pekerjaan. Ada pula yang dibuat untuk mendapat pinjaman sebagaimana kasus yang disampaikan sebelumnya.

Makanya, jangan heran kalau banyak orang yang sampai terpincut oleh jasa pembuatan ijazah palsu. Tanpa perlu repot-repot belajar di bangku sekolah, mereka bisa mendapat "ijazah" dengan harga murah.

Hal itu kemudian "menyentil" sikap kritis saya. Kalau selembar "ijazah" bisa didapat dengan begitu mudah, untuk apa kita mesti repot-repot menghadiri kelas, menulis papper, dan melakukan presentasi setiap minggu di kampus?

Pertanyaan itu sedikit-banyak membongkar kenangan saya sewaktu masih berkuliah dulu. Seperti mahasiswa pada umumnya, sewaktu menjalani perkuliahan, saya pun sering mengalami perasaan suka-duka.

Saya ingat pernah diomeli dosen lantaran datang telat, begadang semalaman mengerjakan makalah, dan belajar keras jelang ujian. Belum lagi, saya juga pernah mendapat situasi yang "menegangkan" saat harus menampilkan suatu presentasi di kelas, terlibat "perang mulut" untuk mempertahankan argumen, dan diberondong pertanyaan yang jelas bikin pusing lantaran bingung menjawabnya.

Semua itu ialah "santapan" yang rutin saya nikmati pada masa perkuliahan. Bosan? Jelas. Makanya, sewaktu kuliah, saya juga aktif membina suatu unik kegiatan mahasiswa. Dari situ, saya tak hanya melepas penat akibat rutinitas kuliah, tapi juga menambah teman dan pengalaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun