Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Kunjungan ke Pabrik Faber-Castell, dari Aksi "Minum" Tinta Hingga Jago Bikin Sketsa

13 Juli 2017   08:01 Diperbarui: 24 Juli 2017   10:26 1826
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bapak Yandramin Halim memaparkan betapa pentingnya menggambar untuk mengasah kreativitas (sumber: dokumentasi pribadi)

Selain itu, Faber-Castell juga rutin menyelenggarakan event menggambar dan mewarnai yang bertujuan "menyuburkan" kreativitas masyarakat. Hadiah yang ditawarkan juga terasa "wah" karena setiap pemenang berkesempatan mengunjungi "markas" Faber-Castell di Kota Stein dan Nuremberg, Jerman!

sejumlah karya yang berhasil dibuat (sumber: dokumentasi pribadi)
sejumlah karya yang berhasil dibuat (sumber: dokumentasi pribadi)
Ada pula lokakarya menulis kreatif yang dilaksanakan oleh Faber-Castell. Dengan "menggandeng" penulis kondang, seperti Raditya Dika, peserta yang mengikuti lokakarya tersebut secara antusias membuat karya tulis berupa fiksi sesuai arahan. Karya yang terpilih selanjutnya diterbitkan menjadi buku kompilasi.

Sementara itu, untuk para manula, Faber-Castell juga menyediakan produk buku doodle yang dapat diwarnai secara bebas. Selain menimbulkan efek relaksasi, kegiatan itu juga bertujuan mencegah penyakit Alzheimer yang umumnya menyerang orang berusia lanjut.

Semua hal yang disinggung di atas akhirnya "memantik" ingatan saya pada kegiatan menggambar sketsa yang saya lakukan baru-baru ini. Saya biasanya "melampiaskan" hasrat seni saya ke dalam guratan sketsa manakala saya punya waktu luang dan inspirasi, dan kebetulan kesempatan itu muncul beberapa waktu yang lalu.

Bagi saya, menggambar sketsa itu ibarat "meditasi" karena saya memusatkan perhatian secara penuh pada semua aktivitasnya. Makanya, sewaktu mulai menggambar, saya begitu "larut" di dalamnya.

Untuk membuat sebuah sketsa, kita cukup "bermodalkan" secarik kertas, pensil, penghapus, pulpen, dan tentunya objek yang ingin digambar. Peralatan sederhana dan murah yang mudah kita dapatkan di lingkungan sekitar.

peralatan membuat sketsa (sumber: dokumentasi pribadi)
peralatan membuat sketsa (sumber: dokumentasi pribadi)
Namun demikian, mengapa saya tak menggambar di komputer saja? Bukankah kalau melukis di situ, saya tak perlu repot menghapus garis yang salah dibuat, atau berpegal-pegal mewarnai gambar?

Untuk menjawab pertanyaan itu, saya ingin mengutip kalimat yang disampaikan oleh Bapak Yandramin Halim bahwa pengalaman melukis di komputer tetap tak bisa "menggantikan" pengalaman sewaktu kita membuat lukisan di atas kertas. Kalimat itu ada benarnya lantaran ketika kita membikin gambar di kertas, emosi yang muncul terasa lebih intens.

Belum ada penjelasan yang memuaskan, yang dapat menerangkan "fenomena" tersebut. Namun, itulah yang saya rasakan sewaktu menggoreskan pensil di atas kertas. Jujur saja, saya merasa lebih nyaman melakukannya di kertas daripada di komputer.

Sebagai permulaan, kita membuat "konstruksi" gambar. Lantaran mencoba menggambar sketsa sebuah kamar yang diambil dari sebuah foto, saya membikin sejumlah garis dengan menggunakan pensil Faber-Castell 4B. Pensil itu dipilih lantaran bisa menciptakan gradasi warna hitam yang halus dan lembut.

Setelah selesai, barulah saya mempertebal garis-garis tersebut dengan pulpen. Hal itu bertujuan mempertegas garis yang telah dibikin sebelumnya. Kemudian, saya menghapus sisa garis pensil agar garis yang terangkai tampak semakin jelas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun