Kunjungan saya ke "markas" Jenius yang terletak di Menara BTPN pada tanggal 15 Juni lalu membuka "mata saya" bahwa era bank digital telah dimulai di Indonesia. Betapa tidak, sebagai sebuah bank, Jenius menawarkan layanan yang berbeda dengan bank-bank lainnya. Jika bank-bank pada umumnya punya bangunan fisik dan "hampir" semua proses transaksi, seperti penyetoran dan penarikan dana, menyita banyak waktu, karena nasabah mesti mendatangi bank yang bersangkutan, di Jenius, nasabah cukup duduk-duduk santai di rumah karena semua keperluan pembayaran bisa diurus hanya lewat gadget saja!
Ya, untuk melakukan transaksi di Jenius, kita hanya perlu membuka aplikasi Jenius dan sudah bisa langsung memakai semua fasilitas yang ditawarkan di dalamnya. Praktis? Tentu saja! Namun demikian, bukan cuma itu layanan yang disediakan, masih ada lagi layanan lain yang menarik dicoba, seperti kartu atm yang bisa dipakai untuk mengalokasikan sejumlah pos keuangan.
Setelah selesai mendaftar menjadi nasabah Jenius, kita memang akan mendapat kartu ATM. Nah, kartu itu bisa digunakan di semua mesin ATM Bersama. Makanya, nasabah tak perlu khawatir sulit menarik dana jika memakainya. Dengan tersebarnya gerai-gerai ATM Bersama di pelbagai tempat, kartu tersebut kini dapat dipakai kapan pun kita ingin melakukan penarikan.
Sistem yang dijelaskan di atas sejalan dengan nasihat keuangan yang disampaikan oleh Prita Hapsari Ghozie. Pada acara Nangkring Kompasiana itu, Mbak Prita memang menyarankan agar setiap orang membagi pendapatannya ke setiap pos lantaran strategi itu akan mempermudah pengaturan keuangan keluarga. Bahkan, Mbak Prita juga menawarkan pos-pos tertentu yang "kudu" ditentukan, yang disingkat dengan akronim ZAPFIN. Akronim itu meliputi (1) Zakat,(2) Assurance,(3) Present consumption,(4) Future spending,dan(5) Investment.
Walaupun dianjurkan mengalirkan semua pendapatan ke ZAPFIN, setiap orang "bebas" menentukan besaran presentase untuk setiap pos. Misalnya, kita bisa mengalokasikan 5% untuk Zakat, 5% untuk Assurance, 60% untuk Present consumption, 15% untuk Future spending, dan 5% untuk Investment. Dengan memakai skema tersebut, alokasi pendapatan menjadi jelas dan lebih gampang menentukan prioritas keuangan, sesuai dengan kemampuan finansial masing-masing.
Menjadi Nasabah Jenius
Lantaran merasa penasaran, akhirnya saya mencoba layanan yang ditawarkan Jenius. Untuk membuka rekening di Jenius, terlebih dulu, saya harus mengunduh aplikasinya di playstore. Saya mengetik namanya di kotak pencarian dan muncullah pelbagai ikon aplikasi. Ikon Jenius berwarna biru muda dan berbentuk balon yang disusun bertumpuk sedemikian rupa.
Barangkali itu pulalah harapan yang ingin diwujudkan manajemen terhadap kondisi finansial nasabahnya. Sebagaimana dituturkan oleh Pak Riyan Setia, salah satu manajer Jenius, nasabah yang mempunyai rekening Jenius diharapkan "jenius" mengelola keuangannya. Dengan demikian, setiap nasabah mampu mengurutkan dan memenuhi prioritas kebutuhan hidupnya dengan sebaik mungkin.
Setelah selesai, barulah kita melakukan registrasi. Ada tiga tahap yang harus dilalui dalam registrasi. Pertama, kita harus mengisi kolom alamat email dan nomor telepon. Isilah kolom tersebut dengan alamat email dan nomor telepon yang masih valid. Jika tidak, kita tak akan menerima notifikasi berupa nomor verifikasi yang harus diisi.