Ada-ada saja memang. Namun, kemudian pencarian pun dilanjutkan. Kini ia berjumpa dengan wanita yang cantik dan juga piawai bikin masakan.
Maklum saja wanita itu memang berprofesi sebagai koki. Namun, lagi-lagi ia batal menikahinya karena wanita itu punya banyak utang. Ia takut hartanya habis dengan cepat hanya untuk membayari utang-utangnya.
Sekali lagi ia pun mengembara dan kini menemukan wanita yang luar biasa. Cantik. Seksi. Modis. Kaya raya. Berkuasa. Bahkan, wanita itu jelas jauh lebih "mapan" daripadanya. Segeralah ia mengajukan lamaran pernikahan kepada wanita itu.
Namun, alih-alih mendapat sambutan positif, lamarannya justru ditolak mentah-mentah. Alasannya? Wanita itu pun mencari pria lain yang dianggapnya jauh lebih tepat daripadanya!
Hahahahahahaha.
Dari kisah sederhana itu, kita tentu bisa memetik hikmah bahwa betapa susahnya kalau kita ingin menemukan sosok yang "tepat" untuk menjadi pendamping hidup kita. Makanya, kalau tetap kukuh ingin mencari pasangan yang pas, bisa-bisa sampai umur 80 pun, kita bakal terus membujang!
Hehehehehehe.
Barangkali, satu nasihat yang pernah saya baca beberapa waktu yang lalu bisa menjadi sebuah petunjuk. Bunyinya begini. Bukan "cari" pasangan yang tepat, tapi "jadi"-lah pasangan yang tepat.
Jika menuruti nasihat itu, kita mungkin saja lebih mudah mendapat soulmate dalam membina keluarga karena itu "membebaskan" kita dari sikap pilih-pilih pasangan. Dengan demikian, kita tak lagi sibuk menemukan, tapi lebih rajin menjadikan diri sebagai pasangan yang "tepat" bagi siapapun.
Setuju?
Adica Wirawan
Founder gerairasa.com