"Saya sudah gak percaya dia lagi! Soalnya dia sudah bohong sama saya!" Demikian chat yang saya terima dari teman saya. Sudah beberapa minggu, teman saya menggalaukan perilaku cowoknya yang kerap uring-uringan sewaktu membalas chat darinya, dan menunjukkan sikap cuek yang semakin menjadi-jadi.
Alih-alih memendam kegelisahan seorang diri, dia akhirnya menceritakan semua yang dialaminya kepada saya seraya berharap kalau-kalau saya bisa memecahkan problematika yang terus merundungnya itu.
Makanya, sejak beberapa minggu belakangan, saya menjelma "konsultan cinta" dadakan yang berusaha keras mendengarkan, memahami, dan mencarikan solusi terbaik atas persoalan tersebut.
Permasalahan yang dialami teman saya tentu bukanlah hal baru. Saya yakin kalau setiap pasangan pasti pernah mengalaminya. Walaupun demikian, "akar" persoalannya tentu beda-beda.
Nah, dalam kasus yang dialami teman saya di atas, permasalahan itu bisa muncul lantaran dia merasa "terlalu" memerhatikan cowoknya. Dia mengaku telah melakukan kesalahan dengan terlampau sering men-chat cowoknya, sekadar untuk menanyakan kabarnya.
Makanya, kemudian cowoknya menganggapnya bawel. Dari situ, ibarat kobaran api yang merembeti bangunan di sekelilingnya, permasalahan itu kemudian menjadi semakin pelik.
Apalagi kemudian teman saya memergoki kalau cowoknya berbohong kepadanya demi menghindarinya. Makanya, dia kemudian menulis chat di atas kepada saya yang intinya dia sudah tak mau percaya lagi dengan cowoknya.
Menurut saya, tak cuma teman saya, siapapun tentu akan merasa kesal, sebal, dan sewot kalau mengetahui orang terdekatnya berbohong kepadanya. Kebohongan itu jelas telah "menciderai" kepercayaan yang selama ini telah diberikan.
Apalagi kalau kebohongan yang dilakukan teramat besar, bisa-bisa hubungan baik yang sudah dijalin sekian tahun bisa langsung luluh lantak, hancur lebur, dan tercerai berai. Kalau sudah terjadi demikian, dari yang tadinya "kawan" kini menjadi "lawan"; dari yang sebelumnya hidup akur sekarang enggan saling tegur.
Traggggiiiiiissssss!
Namun demikian, yang perlu diketahui bukanlah soal kebohongannya semata, melainkan penyebab kebohongan tersebut. Alih-alih ramai menceritakan kebohongan yang dilakukan seseorang, saya lebih tertarik mempelajari alasan orang itu berbohong.
Alasan Cowok Berbohong
Lantas, mengapa cowok sampai berbohong kepada ceweknya? Memang agak sulit menjawab pertanyaan itu. Namun, agar dapat menjawabnya dengan lebih tepat, kita tentu melihat persoalan itu lewat sudut pandang si cowok. Dari situ baru terkuaklah motif yang mendasari si cowok membohongi ceweknya.
Setidaknya ada beberapa alasan yang bisa dikemukakan. Pertama, cowok berbohong karena ia punya salah. Hal itu tentunya mudah dipahami dan bisa diselidiki berdasarkan pengalaman. Misalnya begini. Sewaktu masih kecil, saya ingat pernah berbohong kepada orangtua saya kalau saya tak menjajankan uang saku untuk membeli komik.
Sebelumnya, orangtua saya memang sudah memberi saya suatu "peringatan keras" agar jangan membeli komik. Alasannya "klasik". Menurut mereka, membaca komik itu membikin saya malas belajar. Makanya, jika sampai ketahuan membeli komik, orangtua saya akan marah besar.
Namun, pada saat itu, komik sedang populer di kelas. Hampir semua teman saya membacanya. Hal itu ternyata "mematik" keinginan saya, hingga akhirnya diam-diam saya membelanjakan uang saku yang diberikan untuk membeli komik.
Agar jangan sampai diketahui orangtua saya, saya menyimpan buku komik itu di bawah kasur. Namun, apesnya, beberapa hari kemudian, orang tua saya berhasil menemukannya sewaktu akan beres-beres kamar.
Apa yang kemudian terjadi? Sudah bisa ditebak. Saya mendapat "panggilan darurat". Sewaktu diinterogasi oleh orangtua saya, saya diam "seribu bahasa". Saya terlalu takut mengakuinya. Harga komiknya memang tak seberapa, tapi angkara murka yang akan saya terima membikin semua "bulu kuduk" saya berdiri!
Hal demikian tentu pernah juga dialami setiap orang, termasuk para cowok yang "terpaksa" dan "terlanjur" berbohong kepada pacarnya lantaran telah membikin kesalahan dan takut terkena omelan. Daripada ribut-ribut dengan ceweknya, si cowok kemudian menggunakan kemampuan saktinya dalam mengarang sebuah cerita agar ceweknya percaya.
Kedua, si cowok berbohong karena punya cewek yang posesif. Lantaran terus mendapat chat dan telepon yang menanyakan kabarnya, si cowok kemudian mencap kalau ceweknya itu terlalu "rewel". Hal itu tentu bisa dimaklumi.
Siapa yang bakal betah kalau begitu membuka medsos, di chatroom-nya "dibanjiri" pelbagai pesan dari si doi? Siapa pula yang bisa hidup tenang kalau terus "dihantui" oleh dering telepon dari kekasihnya yang terus-terusan menghubunginya? Semua itu tentu bisa bikin "gerah".
Pernah diteror oleh staf marketing bank yang gencar menawarkan kartu kredit? Saya pernah, dan jujur saja itu sangat mengganggu. Makanya, dalam hati saya berkata, "Jangankan pacar, gue aja bakal risih 'disatronin' staf bank kayak begitu."
Hahahahahaha.
Ketiga, cowok berbohong karena memang memiliki niat untuk menipu ceweknya. Nah, biasanya itu terjadi dalam banyak kasus penipuan. Pernah dengar kasus seorang cewek yang "diperas" uangnya oleh cowok yang dikenalnya di dunia maya? Di televisi, saya sudah mendengarnya beberapa kali. Ironis? Ya, tentu saja! Namun, menurut saya, itu lebih dari sekadar kebohongan, tetapi sebuah kejahatan yang terencana!
Demikianlah sejumlah alasan yang menyebabkan cowok membohongi kekasihnya. Namun, apapun alasannya, cewek itu tetap tak menyukai cowok yang sering berbohong. Hal itu tak hanya melukai perasaan, tapi juga merusak kepercayaannya. Semoga semua kasus demikian jangan sampai terjadi pada siapapun dan menjadi bahan renungan buat masing-masing pihak.
Salam.
Adica Wirawan, founder Gerairasa.com
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H