Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Ringxiety, Gangguan Jiwa "Kekinian" Akibat Kecanduan Pemakaian Smartphone

7 Maret 2017   09:30 Diperbarui: 7 Maret 2017   09:55 878
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
technoference bisa menyebabkan renggangnya hubungan dengan orang lain/ http://hipwee.com

Dalam hasil wawancara yang ditampilkan di Harian Kompas pada tanggal 5 Maret 2017, Nicolas Saputra berbagi sebuah pengalaman yang terdengar agak “miris”.

Pemeran Rangga dalam film Ada Apa Dengan Cinta 2 itu menuturkan bahwa ia “merindukan” masa-masa ketika dulu ia sering disapa oleh orang yang tak dikenalnya, dan diajak ngobrol sekadarnya. Di situ ia bisa menikmati momen kebersamaan secara lebih emosional.

Namun, kini, sejak teknologi semakin berkembang, sewaktu orang berjumpa dengannya di tempat umum, seperti bandara atau restoran, umumnya mereka hanya sekadar meminta foto, yang kemudian diunggah ke media sosial. Setelah itu, mereka berlalu begitu saja.

Bahkan, Nico, sapaan akrabnya, pernah memergoki seorang pengunjung perempuan di sebuah restoran yang sedang mengambil foto dirinya secara diam-diam. Ia tak marah atas hal itu.

I feel objectifed. Saya-nya tuh jadi enggak ada, saya sekarang ini cuma physical being yang jadi obyek. Kalau dulu orang lebih menyapa, menegur, ngobrol. Sekarang mereka cuma mau ambil foto untuk posting.” Katanya dengan suara pelan dan datar.

Pengalaman miris itu sontak membikin saya merenung: “Apakah sekarang teknologi telah menyebabkan perubahan perilaku manusia sehingga menusia menjadi lebih “soliter”, terasing dari lingkungan sekitarnya?”

Renungan itu kemudian mengingatkan saya pada sebuah acara diskusi di Metrotv beberapa bulan yang lalu. Acara itu menghadirkan beberapa narasumber yang berprofesi sebagai pengamat media sosial.

Saya lupa namanya, tetapi saya ingat betul pernyataannya yang bunyinya kurang-lebih begini: “Pengguna media sosial saat ini sudah sakit jiwa!” Saya terperangah mendengar kalimat itu.

Pernyataan itu memang terdengar bombastis. Namun, demikianlah kenyataannya di dalam kehidupan sehari-hari.

Betapa tidak! Jika dulu, sewaktu bangun tidur, orang biasanya mengucap syukur: “Terima kasih ya Tuhan, aku masih bernapas sampai hari ini,” kini, pas membuka mata setelah tidur semalaman, apa yang dilakukan seseorang? Mencari handphone!

Bahkan beberapa sempat berselfie ria. Padahal, muka masih awut-awutan! Namun, itu bukan masalah, karena yang penting itu bisa “eksis” di jagad media sosial.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun