Baidu, sebuah perusahaan teknologi Tiongkok, mulai menguji teknologi pengenalan wajah di Wuzhen. Wuzhen sendiri merupakan sebuah tempat wisata taman prasejarah dengan arsitektur dan kanal klasik yang setiap tahunnya menerima jutaan pengunjung. Maka, jangan heran kalau terjadi antrean yang sangat panjang sewaktu para pengunjung akan masuk ke wilayah tersebut.
Hal itu tentunya mengganggu kenyamanan pengunjung. Sebab, mereka harus sekian lama menunggu antrean. Untuk mengatasi persoalan itu, Baidu pun menciptakan sebuah teknologi pengenalan wajah. Dengan memakai teknologi tersebut, para pengunjung tak perlu lagi repot mengantri membeli tiket masuk.
Teknologi pengenalan wajah yang berhasil dibikin Baidu sebetulnya bukanlah barang baru. Sebelumnya telah ada teknologi serupa yang dikembangkan di negara lain. Sebut saja FindFace. FindFace adalah aplikasi pengenalan wajah dari Rusia. Aplikasi itu terbilang mudah digunakan lantaran kita hanya perlu melakukan selfie. Sistem kemudian akan bekerja mencocokkan antara hasil foto selfie dan profil media sosial orang tersebut. Hanya dalam waktu sekian detik, kita sudah bisa mengetahui profil orang tersebut hanya dengan mengambil foto wajahnya.
Selain itu, teknologi tersebut juga berguna sewaktu kita tengah mencari orang hilang. Teknologi itu bisa mempercepat proses identifikasi orang tersebut. Misalnya begini. Di jalan kita melihat seorang kakek yang tampak kebingungan. Ia berjalan tanpa arah seolah tersesat. Sewaktu ditanya, ternyata ia lupa alamat rumahnya, mungkin karena pikun.
Jadi, daripada terlalu lama menunggu kejelasan, kita bisa menggunakan aplikasi tersebut. Kita hanya perlu mengambil fotonya. Andaikan ia mempunyai profil di medsos, kita bisa mengetahui alamat rumahnya, atau siapa saja yang bisa kita hubungi. Dengan demikian, kita bisa segera mengantarnya lagi kepada pihak keluarga.
Sementara itu, dengan memakai teknologi tersebut, proses pencarian buron juga dapat dipersingkat. Dengan demikian, polisi tak perlu lagi bersusah payah melacak jejak buron. Asalkan fotonya diunggah ke aplikasi tersebut, buron tersebut bisa langsung dikenali dan ditemukan.
Biarpun bersifat praktis, teknologi tersebut juga menuai kritikan. Sejumlah pihak berpendapat bahwa teknologi tersebut mengancam privasi seseorang. Betapa tidak! Hanya dengan mengambil fotonya, kita sudah bisa mengetahui siapa sebetulnya orang tersebut. Hal itu tentu dapat menyebabkan tindak kriminal, seperti perampokan dan penculikan. Oleh sebab itu, penggunaan teknologi itu masih harus dipertimbangkan lagi.
Salam
Adica Wirawan, founder gerairasa.com
Referensi:
“Forget IDs. You only need a selfie to enter this tourist destination”, cnn.com, diakses pada tanggal 5 Januari 2016.
“Facial recognition – a powerful ad tool or privacy nightmare?”, theguardian.com, diakses pada tanggal 5 Januari 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H