Untuk menjaga kebersihan lingkungan, kita tak melulu harus mengampanyekan supaya setiap orang rajin membuang sampah pada tempatnya, tetapi juga mulai mengambil langkah inovatif dalam mengolah sampah yang ada menjadi sesuatu yang berguna. Pada tulisan ini, izinkan saya berbagi sedikit pengalaman sewaktu “menyulap” kotak kayu bekas menjadi mini garden yang sukses menghasilkan sayuran segar.
Ide pembuatan mini garden itu timbul tanpa sengaja sewaktu saya melihat beberapa kotak kayu bekas teronggok begitu saja di halaman belakang. Kotak kayu itu sebetulnya akan dijual ke pedagang loak. Namun, saya kemudian merenung: “Andaikan dijual begitu saja, kotak kayu itu paling-paling hanya akan laku lima ribu rupiah per buah.”
Waktu itu, saya sama sekali belum terpikir akan mendayagunakan kotak kayu itu. Sampai beberapa hari kemudian, di sebuah status teman FB, saya melihat foto-foto mini garden.
Mini garden yang terdapat di foto itu terbikin dari bingkai-bingkai kayu yang disusun sedemikian rupa di pelataran rumah. Bingkai kayu itu kemudian diisi tanah dan ditanami dengan pelbagai tumbuhan, yang sangat sedap dilihat. Bayangan kotak kayu bekas tadi pun terlintas di dalam pikiran saya. Ibarat kilatan inspirasi, saya memutuskan mengubah kotak kayu itu menjadi bingkai mini garden.
Pembuatan Bingkai Mini Garden
Kita bisa membuat mini garden dari kotak kayu bekas yang mudah ditemukan di sekitar kita. Kita dapat memakai kotak kayu bekas tempat telur, kecap, atau gula merah.
![Kotak Kayu Bekas yang Saya Pakai untuk Membuat Bingkai Mini Garden/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/1-jpg-57e86462b07e61330a852266.jpg?t=o&v=770)
![Paku yang Tertancap di Kotak Kayu Dicabut dan Dimanfaatkan Kembali untuk Membuat Bingkai Mini Garden/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/dsc03475-jpg-57e87fbc1f23bd7a0da05ddd.jpg?t=o&v=770)
![Penggergajian Dilakukan Supaya Bingkai Mempunyai Sisi yang Simetris/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/2-jpg-57e8804db77a61860a008b11.jpg?t=o&v=770)
Selanjutnya, kita memaku bilah-bilah kayu hingga berbentuk seperti bingkai. Pakulah bilah kayu itu pelan-pelan. Jangan sampai bilah kayu rusak karena terlalu keras dipalu.
![Bingkai Mini Garden Telah Selesai Dipaku/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/9-jpg-57e881e5ad7e619b096aa342.jpg?t=o&v=770)
![Stereofoam Bekas Mading Dapat Dijadikan Alas dan Pembatas Bingkai Mini Garden/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/5-jpg-57e880c24f7a619a09b34888.jpg?t=o&v=770)
![Bingkai yang Sudah Diberi Alas dan Pembatas Stereofoam Ditelakkan di Lokasi yang Terkena Sinar Matahari untuk Memperlancar Proses Fotosintesis Sayuran/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/10-jpg-57e8815d8223bdc5091671b1.jpg?t=o&v=770)
Saya menggunakan tanah sebagai media tanam. Saya terlebih dulu mencampur tanah dengan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 untuk memperkaya unsur hara di dalam tanah. Saya menaburkan tanah ke bingkai hingga merata.
![Bingkai Kemudian Diisi Dengan Tanah yang Sudah Dicampur Pupuk/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/11-jpg-57e882607997734e0a6eb272.jpg?t=o&v=770)
Selanjutnya saya menyiapkan bibit tanaman pakcoi yang sudah berusia dua minggu. Bibit pakcoi itu ditumbuhkan dengan metode hidroponik. Media tanam yang digunakan adalah rockwool yang dipotong seperti batu bata.
![Bibit Pakcoi Disemai Dengan Menggunakan Media Rockwool dan Larutan Hidroponik Sekitar 2 Minggu/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/6-jpg-57e882a899937348088b4568.jpg?t=o&v=770)
![Rockwool Dipotong Dadu untuk Proses Pemindahan/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/7-jpg-57e8830ab77a61e70a008b13.jpg?t=o&v=770)
![Bibit Pakchoi Siap Dipindahkan ke Bingkai Mini Garden/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/8-jpg-57e8834c8223bd050a1671ae.jpg?t=o&v=770)
![Jarak Bibit Pakchoi Diatur Sedemikian Rupa Sehingga Tanaman Dapat Tumbuh Optimal/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/12-jpg-57e88394999373ff078b456f.jpg?t=o&v=770)
![Penyiraman Dilakukan Secara Teratur Dua Kali Sehari Supaya Tumbuhan Bisa Tumbuh Maksimal/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/14-jpg-57e884224f7a619109b3488a.jpg?t=o&v=770)
![Pakcoi Berusia Sekitar Tiga Minggu/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/mini-garden-57e884c28223bd360a1671b0.jpg?t=o&v=770)
Kegiatan itu tentunya tak hanya mengurangi sampah, tetapi juga menerbitkan seulas senyum. Menurut hemat saya, senyum itu berasal dari rasa syukur atas kesuksesan kita dalam membudidayakan tanaman sayur di pekarangan rumah sendiri.
Saat lahan pertanian sudah sedemikian terbatas, terutama di kota-kota besar, kita masih dapat memanfaatkan sudut-sudut pekarangan yang menganggur untuk menanam pelbagai jenis tanaman. Kita tentunya bisa membayangkan lahan yang dulunya terabaikan kini mempunyai pesona berupa sayuran hijau yang menyejukkan mata.
Selain itu, kegiatan itu pun dapat membantu mengurangi anggaran belanja rumah tangga. Kita dapat menghemat uang untuk membeli bahan makanan lantaran kita memetik sendiri sayuran yang sudah ditanam.
Sayuran itu pun jauh lebih segar, lebih alami, dan lebih nikmat disantap lantaran kita mengawasi sendiri proses pertumbuhannya. Jadi, kekhawatiran kita terhadap sayuran yang terpapar pestisida kimiawi dapat dikurangi berkat kegiatan bercocok tanam seperti itu.
![Pakchoi yang Ditanam Dengan Mini Garden Bebas dari Pestisida Kimiawi Sehingga Aman Dkonsumsi Keluarga/ dokumentasi pribadi](https://assets.kompasiana.com/items/album/2016/09/26/mini-garden-3-57e88529f39273790ae619d4.jpg?t=o&v=770)
Sebagai contoh, di wilayah DKI Jakarta sendiri saja, jumlah sampah yang dihasilkan per hari sudah mencapai 6000 ton [Sampah di Jakarta Diperkirakan Capai 6.000 Ton per Hari, www.nationalgeographic.co.id, diakses pada tanggal 24 September 2016]. Kita tentunya bisa membayangkan betapa banyaknya jumlah sampah itu dalam seminggu, sebulan, atau bahkan setahun! Mungkin saja, kalau tidak diolah, kita bisa membuat pulau sendiri yang terbikin dari jutaan sampah.
Pembuatan mini garden seperti dijelaskan di atas hanyalah sebuah langkah kecil untuk “menyehatkan” lingkungan. Biarpun demikian, kalau kita serius menerapkannya, bukan mustahil, suatu saat lingkungan kita akan jauh lebih asri, indah, dan bersih daripada sebelumnya. Bukankah lingkungan seperti itu menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk diri kita sendiri dan anak cucu kelak?
Salam hijau.
Facebook: www.facebook.com/adica.wirawan
Twitter : @AdicaWirawan
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI