Selain itu, kegiatan itu pun dapat membantu mengurangi anggaran belanja rumah tangga. Kita dapat menghemat uang untuk membeli bahan makanan lantaran kita memetik sendiri sayuran yang sudah ditanam.
Sayuran itu pun jauh lebih segar, lebih alami, dan lebih nikmat disantap lantaran kita mengawasi sendiri proses pertumbuhannya. Jadi, kekhawatiran kita terhadap sayuran yang terpapar pestisida kimiawi dapat dikurangi berkat kegiatan bercocok tanam seperti itu.
Sebagai contoh, di wilayah DKI Jakarta sendiri saja, jumlah sampah yang dihasilkan per hari sudah mencapai 6000 ton [Sampah di Jakarta Diperkirakan Capai 6.000 Ton per Hari, www.nationalgeographic.co.id, diakses pada tanggal 24 September 2016]. Kita tentunya bisa membayangkan betapa banyaknya jumlah sampah itu dalam seminggu, sebulan, atau bahkan setahun! Mungkin saja, kalau tidak diolah, kita bisa membuat pulau sendiri yang terbikin dari jutaan sampah.
Pembuatan mini garden seperti dijelaskan di atas hanyalah sebuah langkah kecil untuk “menyehatkan” lingkungan. Biarpun demikian, kalau kita serius menerapkannya, bukan mustahil, suatu saat lingkungan kita akan jauh lebih asri, indah, dan bersih daripada sebelumnya. Bukankah lingkungan seperti itu menjadi tempat tinggal yang nyaman untuk diri kita sendiri dan anak cucu kelak?
Salam hijau.
Facebook: www.facebook.com/adica.wirawan
Twitter : @AdicaWirawan
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H