Atas persetujuan Mike dan keluarganya, aku minta izin ikut berziarah, supaya aku bisa menguak lebih jauh teka-teki kehidupan ini. Setiap akan berziarah, keluarga Mike selalu menyiapkan seikat bunga merah. Segera saja aku menemukan kecocokan lain lantaran bunga itu mirip sekali dengan bunga yang aku temukan di tepi sungai sewaktu akan menabur abu jenazah Oma setahun yang lalu!
Di bibir sungai yang berbatu, kami berdoa untuk Oma dan Opa. Kami memejamkan mata dan menguncarkan doa dalam batin. Suara aliran sungai terdengar dengan jelas, seolah ikut mengaliri batin kami. Setelah selesai, kami meletakkan bunga merah di tepi sungai sebagai sebuah “hadiah” pertemuan kami dengan leluhur.
Aku berpikir bahwa seandainya Omaku dan Opa Mike memutuskan membina keluarga, tentu sekarang aku dan Mike menjadi sepupu. Namun, hal itu tak pernah terjadi. Aku tak mengetahui persis alasan hubungan mereka bisa kandas.
Biarpun demikian, dari situ aku belajar bahwa cinta ternyata tak harus diikat oleh pernikahan yang sakral. Cinta akan terus ada walaupun fisik kita hancur-lebur oleh kematian. Cinta seperti itu akan terus hadir seperti sungai yang menyatukan dua unsur manusia ke dalam aliran semesta!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H