Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Berani Mengakui Kesalahan

28 Juli 2016   08:11 Diperbarui: 28 Juli 2016   08:32 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sejumlah media memberitakan bahwa eksekusi mati tahap III akan dilangsungkan dalam waktu dekat. Walaupun belum jelas lokasi dan tanggalnya, sejumlah nama narapidana sudah disebut akan menjalani eksekusi tersebut. Salah satunya adalah Freddy Budiman. Fredy Budiman adalah gembong narkoba kelas kakap, yang mengatur distribusi narkoba dalam dan luar negeri.

Freddy ditangkap oleh pihak kepolisian pada tahun 2011 sewaktu membawa 300 gram heroin, 27 gram sabu, dan 450 gram bahan pembuat ekstasi di mobilnya. Pengadilan kemudian menjatuhkan vonis mati kepadanya. Berbagai upaya pun sudah dilakukan supaya ia terhindar dari hukuman itu, seperti mengajukan permohonan pengampunan kepada presiden. Namun, semua upaya itu ditolak. Kini ia tinggal menunggu hari-hari terakhirnya sebelum menjalani eksekusi.

Dari kasus tersebut tentunya kita dapat memetik pelajaran bahwa betapa singkatnya waktu yang kita miliki dalam hidup ini. Kita memang tidak mengetahui berapa lama lagi waktu yang tersisa untuk kita. Namun demikian, andaikan saja kita mengetahui kalau waktu kita sudah dekat seperti Freddy Budiman, apa yang akan kita lakukan?

Pembaca yang terhormat, pertanyaan tersebut tidak bertujuan menakut-nakuti. Namun, pertanyaan tersebut bertujuan membangkitkan refleksi dalam diri kita. Dengan menjawab pertanyaan tersebut, kita akan mendengar suara yang paling jujur dalam diri kita. Sebuah suara batin yang jarang sekali kita dengar lantaran kita terlalu sibuk oleh urusan duniawi.

Respon Penyesalan

Banyak respon yang akan muncul sewaktu kita berusaha menjawab pertanyaan tersebut. Di antara sekian banyak respon tersebut, mungkin saja terdapat respon penyesalan yang timbul dalam diri kita. Penyesalan itu muncul sewaktu kita mengenang kembali semua kesalahan yang pernah kita lakukan terhadap orang lain.

Pernahkah sewaktu kita sedang menyetir mobil, atau melakukan pekerjaan lain, tiba-tiba saja kesadaran melompat ke masa lalu? Terbayang kita pernah menyemburkan kata-kata kasar kepada anak kita sehingga mereka bersedih. Mungkin terbayang pula ekspresi pasangan hidup kita yang kecewa lantaran kita gagal memenuhi sebuah janji.

Mungkin saja terlintas di pikiran sebuah bayangan sewaktu kita memaki rekan sekantor lantaran kinerjanya yang buruk. Mungkin juga terkenang pengalaman sewaktu kita mencurangi pelanggan yang berbisnis dengan kita.

Sewaktu kita membayangkan semua itu, perasaan tiba-tiba berubah menjadi sedih. Kalau emosi yang muncul semakin intens, tanpa sadar bisa saja kita menitikkan air mata. Emosi negatif itu sudah terlalu lama mengendap di pikiran bawah sadar kita, menjadi sebuah beban yang terus kita bawa dalam hidup, dan akhirnya membangkitkan penyesalan yang dalam.

Mengakui Kesalahan

Walaupun menimbulkan perasaan sedih, penyesalan sebetulnya perlu dilakukan. Sudah sewajarnya kita menyesal sewaktu kita berbuat salah terhadap orang lain. Penyesalan membikin kita memperbaiki diri sehingga kita tidak mengulangi kesalahan yang sama pada masa depan.

Namun, yang menjadi persoalan adalah kalau penyesalan itu berlangsung lama. Penyesalan itu tak hanya akan meruntuhkan semangat hidup kita, tetapi juga dapat merusak hubungan kita dengan orang lain. Jadi, sudah seharusnya kita belajar melepas penyesalan tersebut demi kebahagiaan hidup kita.

Kita dapat melepas rasa sesal itu dengan mengakui kesalahan. Mengakui kesalahan itu memang tidak bisa mengubah masa lalu, tetapi dapat meringankan beban emosi yang selama ini kita rasakan. Dalam buku Psikologi Edisi Kesembilan, Carole Wade dan Carol Tavris menceritakan bahwa mahasiswa yang mengakui pengalaman pahit yang pernah dialaminya jauh lebih sehat secara emosional.

www.biographywritingservices.com
www.biographywritingservices.com
Dalam sebuah eksperimen, mahasiswa itu diminta mengakui pengalaman pahitnya dengan cara menulis. Lewat tulisan, mereka menceritakan perlakukan buruk yang pernah didapat pada masa lalu, seperti pecehan seksual dan penganiyayaan secara fisik. Setelah selesai, mereka menuturkan kalau hati mereka jauh lebih lega daripada sebelumnya.

Apa yang dilakukan oleh para mahasiswa itu sering disebut sebagai menulis ekspresif. Cara tersebut jauh lebih aman daripada kita mengakui semua pengalaman pahit yang kita alami pada orang lain sebab orang itu bisa saja malah menghakimi perbuatan kita. Alih-alih merasa lebih lega, beban yang kita rasakan justru bisa bertambah berat. Namun, kalau kita merasa lebih nyaman menceritakan pengalaman itu kepada orang lain, pilihlah orang terdekat yang bersedia menyimak tanpa menghakimi.

Pembaca, izinkanlah saya menutup tulisan ini dengan sebuah kutipan dari pengarang Lucy M. Montgomery, yang bunyinya sebagai berikut. “We should regret our mistakes and learn from them, but never carry them forward into the future with us.” "Kita seharusnya menyesali kesalahan kita dan belajar darinya, tetapi jangan pernah membawanya ke masa depan bersama kita." Semoga hidup kita semua jauh lebih damai dan bahagia.

(Apabila pembaca tertarik, silakan lihat juga tulisan saya lainnya Baper Ditolak Teman)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun