Digantikan Oleh Teman Sebaya
Sewaktu mulai bersekolah, pengaruh orangtua terhadap anak perlahan-lahan mulai tergantikan oleh teman sebaya. Teman sebaya mempunyai pengaruh yang kuat terhadap tumbuh-kembang anak di sekolah.
Dalam buku Psikologi edisi 9, Carole Wade dan Carol Tavris menjelaskan bahwa teman sebaya dapat memengaruhi sikap dan tindakan anak, dan terkadang pengaruh tersebut bertentangan dengan kehendak orangtua.
Sebagai contoh, orangtua menginginkan anaknya supaya rajin belajar. Orangtua sudah membicarakan, menasihati, dan mendorong supaya anaknya membuka buku atau mengerjakan tugas-tugas sekolah.
Namun, kalau di kelas ia lebih banyak bergaul dengan teman-teman yang lebih senang main game Pokemon Go daripada belajar, maka ia akan mengabaikan semua saran itu. Ia pun akan ikut-ikutan main game tesebut supaya mendapat pengakuan dari teman-temannya.
Pengaruh tersebut tentunya dapat dicegah sedini mungkin. Sebagai orangtua, kita harus mengajarkan anak supaya pandai memilih teman. Anda mungkin bertanya, “Apakah itu artinya saya harus membatasi pergaulan anak?”
Bukan. Justru saya menganjurkan sebaliknya. Doronglah anak berkenalan dengan banyak teman. Namun, pastikan hanya anak-anak yang perilakunya baiklah yang menjadi sahabatnya. Oleh sebab itu, kita harus mengetahui dunia pergaulan anak.
Bukan hanya membawa anak sampai ke gerbang sekolah pada hari pertama masuk sekolah. Bukan pula hanya mengenal wali kelas yang menjadi orangtua anak di sekolah.
Namun, mengantar anak ke sekolah juga berarti orangtua mengenal teman-teman anaknya di kelas.
Media sosial, seperti facebook, twitter, dan whatsapp, dapat membantu orangtua dalam memonitor pergaulan anak-anaknya. Jadi, dengan menjalin pertemanan di media sosial, orangtua dapat mengetahui siapa-siapa saja temannya beserta latar belakangnya.