Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Membangun Kepercayaan Diri Anak

25 Juli 2016   10:41 Diperbarui: 25 Juli 2016   10:46 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kehadiran orangtua pada hari pertama sekolah dapat dipandang sebagai wujud cinta orangtua terhadap anak. Dalam buku Five Love Languages, Garry Chapman menjelaskan bahwa waktu yang disisihkan orangtua di tengah kesibukannya bekerja memberi makna lebih banyak terhadap anak. Waktu tersebut jelas berkualitas karena mampu mendekatkan orangtua dan anaknya secara fisik dan emosi. Anak akan mempunyai kepercayaan diri yang kuat karena merasa ada orangtua yang mendukungnya.

Kehadiran Pengasuh Utama

Untuk membantu anak menyesuaikan diri dalam lingkungan barunya, pengasuh utama harus hadir mendampingi anak. Dalam buku Psikologi edisi 9, Carole Wade dan Carol Tavris menjelaskan bahwa pengasuh utama biasanya adalah ibu kandung anak tersebut.

Seorang anak umumnya mempunyai kelekatan emosi yang kuat terhadap ibunya. Sudah banyak penelitian yang menunjukkan bahwa seorang anak akan merasa jengkel, marah, atau sedih kalau berpisah jauh dari ibunya atau ibunya lebih memerhatikan hal lain selain dirinya. (Informasi tersebut saya uraikan lebih detail dalam tulisan saya yang berjudul Merengek Minta Pulang)

Namun demikian, bukan berarti bahwa harus ibu yang datang menemani anaknya ke sekolah pada hari pertama. Sosok ayah pun harus dipertimbangkan. Ayah boleh (bahkan dianjurkan) mengantar anaknya ke sekolah kalau situasi memungkinkan. Kehadiran sosok ayah akan menjalin ikatan emosi yang berimbang dalam diri anak.

Kerja Sama dengan Pihak Sekolah

Supaya anak merasa betah di lingkungan barunya, orangtua harus menjalin komunikasi dengan pihak sekolah, terutama wali kelas. Orangtua harus menyampaikan sejumlah informasi seperti riwayat kesehatan atau perilaku khusus anaknya. Dengan demikian, wali kelas dapat mengambil tindakan yang tepat kalau terjadi apa-apa dengan anak tersebut.  

Sebagai contoh, pernah saya menjumpai siswa yang mengidap leukimia di kelas. Sudah beberapa tahun, siswa tersebut terkena leukimia. Namun, dengan sejumlah pertimbangan, ia enggan menceritakan soal penyakitnya kepada teman sekelasnya. Hanya keluarga dan sahabat terdekat yang mengetahuinya. Oleh sebab itu, di kelas, tidak satu pun siswa dan guru mengetahui soal penyakit itu.

www.quotesgram.com
www.quotesgram.com
Kabar perihal penyakit itu baru terkuak sampai saya memberi materi pelajaran tentang menceritakan pengalaman. Setelah selesai memaparkan sedikit penjelasan, saya meminta satu persatu siswa maju menceritakan pengalamannya. Satu demi satu siswa mengisahkan peristiwa berkesan yang dialaminya, seperti pergi jalan-jalan, atau kejadian lucu sehari-hari.

Nah, saat tiba gilirannya maju, siswa yang mengidap leukimia itu memilih menceritakan pengalamannya sewaktu menjalani proses penyembuhan. Ia menuturkan betapa orangtuanya tetap tabah dalam menghadapi cobaan tersebut. Ia juga mengisahkan betapa besarnya dukungan yang diberikan papa-mamanya, seperti mengeluarkan banyak uang untuk berobat dan tetap menyayanginya sebagai ia adanya. Saat selesai, tak hanya dirinya, beberapa temannya pun menangis.

Saya bertanya kepadanya apakah wali kelasnya sudah mengetahui penyakitnya. Ia berkata tidak. Bahkan ia meminta saya supaya tidak menceritakan penyakitnya. Namun, saya menolak permintaan itu. Saya berkata bahwa wali kelas harus tahu soal itu sebab itu sudah menjadi tanggung jawab yang diemban sekolah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun