Di dalam artikel tersebut, seorang ibu mengajari anaknya untuk mengenal organ reproduksi. Ibu tersebut memberi tahu nama kelamin tersebut kepada anaknya, dan menjelaskan batasan-batasan terkait organ kelamin tersebut.
Walaupun butuh keterampilan untuk mengomunikasikannya, edukasi semacam itu sangat penting. Dengan mengenal organ reproduksinya sejak dini, seorang anak akan mampu merawat kesehatan organ reproduksi tersebut dengan baik. Setelah tumbuh remaja, ia pun akan mengetahui penerapan etika terhadap fungsi organ tersebut.
Kedua, orangtua harus mengawasi pergaulan anak remajanya. Ketika memasuki usia remaja, seorang anak cenderung meniru sikap teman-teman di sekitarnya. Carole Wade dan Carol Tavris, dalam buku Psikologi edisi 9, menjelaskan bahwa  teman sebaya berpengaruh kuat terhadap perilaku seorang remaja.
Oleh karena itu, kalau mempunyai teman-teman yang berperilaku santun, seorang remaja pun cenderung akan berperilaku santun. Pun sebaliknya, kalau sering berkumpul dengan teman-teman yang suka berkata kasar, anak pun akan ikut-ikutan berkata kasar.
Media sosial, seperti facebook, twitter, dan whatsapp, dapat membantu orangtua dalam memonitor pergaulan anak-anaknya. Jadi, dengan menjalin pertemanan di media sosial, orangtua dapat mengetahui siapa-siapa saja temannya beserta latar belakangnya.
Hanya saja, pastikan bahwa orangtua mempunyai hubungan baik dengan anak sehingga memiliki akses untuk mengetahui kehidupan pribadinya. Jangan sampai terjadi kasus bahwa orangtua di-ignore oleh anaknya sendiri di media sosial, lantaran terlalu kepo terhadap kehidupan pribadi anaknya.
Seperti sudah disinggung pada awal tulisan ini, fase remaja adalah fase yang krusial. Pada fase tersebut, seorang anak sedang mencari jati dirinya. Pengaruh hormon dan sosial turut pula membentuk jati dirinya. Oleh sebab itu, kalau timbul persoalan dalam diri seorang remaja, kita harus belajar memahami kehidupannya. Kita perlu mengetahui sebab utama permasalahan tersebut, sehingga kita dapat mengetahui solusi terbaik untuk menyelesaikannya.
(Apabila Anda tertarik, silakan baca juga artikel saya lainnya, yaitu Takut Menikah Muda)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H