Mohon tunggu...
Adica Wirawan
Adica Wirawan Mohon Tunggu... Wiraswasta - "Sleeping Shareholder"

"Sleeping Shareholder" | Email: adicawirawan@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Fobia Sekolah

18 Juli 2016   09:11 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:49 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak semua orang bisa melakukan hipnoterapi dengan tepat. Hipnoterapi harus dilakukan oleh orang-orang yang sudah ahli dan memiliki sertifikat sebagai hipnoterapis dari lembaga yang diakui. Oleh sebab itu, kalau ingin mengikuti sesi hipnoterapi, kita harus memilih hipnoterapis yang kompeten supaya penyembuhan dapat berjalan dengan maksimal.

Selain itu, ongkos yang harus dikeluarkan untuk sesi terapi juga harus dipertimbangkan lantaran satu sesi bisa memakan biaya yang tinggi, bergantung pada tempat dan hipnoterapisnya. Jadi, kita harus menyiapkan anggaran khusus kalau ingin menjalani terapi tersebut.

Komunikasi yang Baik

Namun demikian, kita tidak perlu berkecil hati. Kita dapat memanfaatkan prinsip-prinsip hipnoterapi untuk menyelesaikan persoalan fobia anak terhadap lingkungan sekolah.

Prinsip hipnoterapi, salah satunya, adalah komunikasi. Sebagai orangtua, kita harus menjalin komunikasi yang baik dengan anak. Kita harus memilah kalimat pada saat berbicara dengan anak. Usahakanlah berbicara dengan kalimat-kalimat yang memotivasi anak, sehingga mental anak yang sehat pun akan terbangun.

Anak akan menyerap kata-kata kita dalam pikiran bawah sadarnya karena memandang kita sebagai figur otoritas. Anak akan menuruti anjuran-anjuran yang kita sampaikan semampu mereka.

Selain itu, kehadiran orangtua di sekolah pun turut memperkuat keberanian anak. Percuma saja kita memotivasi anak supaya tampil percaya diri, tetapi kemudian kita meninggalkannya sendiri di lingkungan yang masih asing baginya. Anak tetap akan takut bersekolah, dan semua kata-kata kita akan ditolak karena mulai timbul ketidakpercayaan dalam diri anak. Oleh sebab itu, aksi nyata yang diperlihatkan orangtua jauh lebih berdampak daripada sekadar kata-kata.

Komunikasi dengan wali kelas dan kepala sekolah pun dibangun. Jangan sampai kita hanya bertugas mengantar dan menjemput anak di sekolah tanpa pernah peduli soal perkembangan anak.

Sebagai orang yang pernah berkecimpung dalam dunia pendidikan, saya sudah sering menjumpai kasus demikian. Orangtua hanya mengetahui bahwa anaknya berperilaku baik di rumah.

Namun, begitu dipanggil oleh pihak sekolah lantaran anaknya kerap berbuat onar di kelas, orangtua menolak kejadian tersebut dan malah menyalahkan sekolah. Hal itu tentunya menunjukkan bahwa telah terjadi miskomunikasi antara orangtua dan pihak sekolah.

Belum lagi kasus lain yang beberapa waktu lalu muncul di media masa, seperti pelecehan seksual, aksi bully, sampai kasus cubit-mencubit di sekolah adalah isu yang harus mendapat perhatian dari orangtua.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun