MUHAMMADIYAHadalah organisasi kemasyarakatan (ormas) yang sudah berumur panjang. Sudah sangat banyak pengabdian organisasi ini untuk kemajuan bangsa yang besar ini.
Beragam amal usaha dimiliki Muhammadiyah. Sebut saja lembaga pendidikannya yang tersebar di berbagai kawasan di republik ini. Lembaga sosial, kesehatan, ekonomi, keagamaan Islam, seluruhnya dipastikan bernilai triliunan rupiah.
Dalam bidang sumber daya manusia, sudah puluhan juta cendekiawan Muhammadiyah mengabdikan dirinya untuk menyejahterakan bangsa yang besar ini.
Tapi, perjalanan masih jauh. Bangsa ini masih panjang perjalanannya. Beragam keterbelakangan dan ketertinggalan masih sangat terasa di negeri ini dibanding negara lain. Kejujuran berpemerintahan dan bernegara masih berliku jalan yang ditempuh. Penyelewengan, pengkhianatan jabatan, dan beragam problema masih memusingkan pejabat pemerintahan untuk membenahinya.
Entah kapan negeri ini akan tenteramnya, jauh dari beragam pengkhianatan jabatan. Nyatanya, tiap hari suguhan negatif disaksikan anak bangsa ini. Celakanya, lembaga yang mengatur moral, etika, keberagamaan masyarakat, nyatanya pimpinannya juga terlibat korupsi, dihukum penjara bertahun- tahun. Sungguh memilukan.
Pantas dipertanyakan, mampukah Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama -- dua ormas Islam terbesar di Indonesia -- mendampingi pemerintah berkuasa memperbaiki moral anak bangsa ini? Jangan sampai terjadi pula 'tongkat membawa rebah'.
Khusus Muhammadiyah, yang lahir di Jogjakarta dan berkembang serta besar di Minangkabau, Sumatra Barat, sekarang butuh 'suntikan' obat mujarab untuk memulihkan jati dirinya.
Tidak terbantahkan, beragam amal usaha Muhammadiyah di tanah Minang butuh sentuhan kuat untuk mengembalikan jati dirinya. Lembaga pendidikan tingginya butuh 'gizi maksimal' untuk bisa sederajat dengan karibnya di Sumatra, Jawa, dan provinsi lainnya. Rumah ibadah, masjid, dan musala ada yang 'hilang' merek Muhmmadiyah-nya. Tanah wakafnya banyak belum bersertifikat. Amal usaha pendidikan terkesan banyak tidak dikelola cendekiawan Muhammadiyah.
Melencengnya manajemen kepemimpinan merupakan problema yang perlu cepat diatasi. Ustaz, ulama, dan khatib yang berlatarbelakang Muhammadiyah sebenarnya masih banyak. Namun, kecenderungannya banyak hanya berdakwah semata tanpa mengurus atau mendorong majunya lembaga persarikatan. Bahkan, ranting Muhammadiyah di banyak perkampungan ranah Minang hanya sekitar 20 persen saja bergerak maksimal. Bahkan, cabang dan ranting sama saja keadaannya.
Meski beragam problema mandeknya amal usaha serta gerak persyarikatan di garda terdepan itu sudah jadi pembicaraan petinggi organisasi, namun kenyataan tidaklah begitu mudah mengubah 'kondisi lumpuh' itu untuk berlari kembali. Butuh keseriusan dan kerja berketerusan.Â
Untuk menyuburkan kembali gerak Muhammadiyah di Sumatra Barat, secara terjadwal dilaksanakan 'program pengembangan dan evaluasi kerja' oleh cabang dan ranting sebagai garda terdepan selalu bersinarnya matahari perserikatan di negeri ini.