Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Berkat Walet, 'Transmigran Soekarno' Hidup Sejahtera di Pedalaman Sumbar

3 Mei 2017   12:49 Diperbarui: 3 Mei 2017   17:16 1681
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
BANGUNAN sarang walet milik warga Muhammadiyah Kinali yang dihuni sekitar 20 ribu ekor burung walet. (DOK. PRIBADI)

Presiden pertama RI, Ir. Sukarno, mengakui bahwa Pulau Jawa sudah padat penduduknya. Untuk mengatasi problema tersebut, perlu dipindahkan sebagian penduduknya ke luar Pulau Jawa.

Untuk itu, itu dilakukan transmigrasi (pemindahan) secara betahap, di antaranya ke Pulau Sumatra, termasuk salah satu tujuannya adalah Sumatra Barat.

Tercatat, dua daerah jadi lokasi trans semasa era Presiden Soekarno, yakni Tanjungpati di Kabupaten Limapuluh Kota dan Kinali di Kabupaten Pasaman (kini masuk Pasaman Barat).

Program trans era Presiden Soekarno ke Sumbar dimulai tahun 1964. Mereka berasal dari berbagai perkampungan di Jawa Tengah dan Jawa Timur melalui jalur laut via kapal yang berlabuh di Telukbayur.

Dari sekian banyak warga trans yang mengisi berbagai perkampungan yang telah disiapkan pemerintah, tercatat pasangan suami-istri Mohammad Fachri - Sufiah yang berasal dari pedalaman Lamongan, Jawa Timur. Mereka ditakdirkan menempati pemukiman trans di Kinali, Pasaman Barat.

M. Fachri bersama Sufiah dengan segala suka dan dukanya mulai hidup di pemukiman baru dengan beragam problema. Semuanya dilalui pasangan suami istri itu dengan penuh ketabahan, kerja keras, pantang menyerah, dalam situasi serba minim, termasuk fasilitas penunjang untuk menggarap daerah baru tersebut.

Berkat ketabahan, cahaya terang mulai terlihat. Tanah olahan mulai menghasilkan. Sayuran mulai panen. Seiring itu, si buah hati pun lahir dan diberi nama Kusnan.

Bulan berganti tahun, yang rajin mendapat, yang betah berhasil, yang muda jadi tua, dan meninggal dunia. Begitulah roda kehidupan berputar.

Termasuk M. Fachri dan Sufiah. Sesuai dengan panggilan takdir, keduanya pun berpulang dan dimakamkan di Kinali, perkampungan trans yang ditempatinya bersama warga dari Jawa.

Kini, Kusnan, putra (alm) M. Fachri - (almh) Sufiah, alumni FKIP Muhammadiyah Padangpanjang sudah jadi orang hebat di Kinali. Selain Ketua Muhammadiyah Cabang Kinali, dia sekaligus sebagai motivator kesejahteraan masyarakat setempat. Dia mempelopori pendidikan Muhammadiyah Kinali, dari TK, SD, Tsanawiyah, Taman Alquran, wirid pengajian, bisnis sarang walet, hingga perkebunan sawit. Sungguh luar biasa.

KUSNAN (kiri), Ketua Muhammadiyah Cabang Kinali, Pasaman Barat, yang sukses menyejahterakan warga persyarikatan yang dibinanya. (DOK. PRIBADI)
KUSNAN (kiri), Ketua Muhammadiyah Cabang Kinali, Pasaman Barat, yang sukses menyejahterakan warga persyarikatan yang dibinanya. (DOK. PRIBADI)
Kehidupan warga trans Kinali awal-awal bermukim di tahun 1964 sungguh beragam kisah dukanya. Namun kini berubah sangat membanggakan. Khusus mereka yang bergabung dalam Muhammadiyah, pimpinan Kusnan, luar biasa nikmat Allah SWT yang diturunkan pada hambanya di Kinali itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun