Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bilal Bekerja Sambil Bermandi Lumpur

17 Juli 2016   16:17 Diperbarui: 17 Juli 2016   20:08 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Luar biasa kerja Bilal sehari-hari. Menggali dan membenamkan kabel Telkom. Bermandikan lumpur sudah biasa baginya. Dalam bekerja hanya mata dan rambut saja yang tidak bermandi lumpur. Namun, kalau pekerjaan yangh dihadang berat, terpaksa sekujur tubuh, termasuk mata dan kepala dikorbankan.

Itulah yang dilakoni Bilal (50), warga asal Surian Solok dalam menjalani pekerjaannya sebagai penggali kabel Telkom. Saat ditemui di Jalan Aster, Flamboyan Baru, Padang Barat, kemarin, dia mengaku sudah lama bekerja sebagai penggali kabel. Sebelum di Padang, dia juga melakukan pekerjaan yang sama di Batam.

Bagi orang yang belum terbiasa menyaksikan pekerja menggali kabel Telkom, maka apa yang dijalani Bilal sungguh luar biasa. Kabel itu harus dbenamkan minimal satu meter di bawah tanah. Jika penggalian terbentur tanah keras berbatu, Bilal haurs mengerahkan sekuat tenaga untuk menembusnya. Apalagi kalau ada air. Sungguh butuh kesabaran dan kehati-hatian.

Bilal menjelaskan kabel itu dibenamkan dengan dua cara. Pertama, menggali keseluruhan tanah lokasi pembenaman kabel itu. Kedua, melubangi saja sekitar satu meter untuk bisa bergerak mencongkel tanah sampai ke lubang berikutnya yang jaraknya sekitar 10 meter.

Kalau sistem kedua bisa dilakukan, itu yang ditempuh Bilal. Hanya saja, dia harus siap mandi lumpur dan berbaur tanah dengan pakaian yang basah kuyup semuanya.

“Mata saja yang diusahakan aman. Namun kalau tidak memungkinkan, terpaksa harus menyelam sambil 'memainkan' peralatan galian untuk bisa tembus ke lubang berikutnya guna memasukkan kabel,” kisahnya.

Kadang-kadang dia menjumpai benda keras seperti batu dan kayu yang tidak bisa diterobos oleh peralatannya. Jika sudah demikian, dia terpaksa menempuh cara pertama, yaitu menggali saluran kabel itu dari permukaan tanah.

Kebanyakan, pekerja yang sudah berpengalaman menggali dan membenamkan kabel Telkom menggunakan cara kedua, yakni menggali lobang sebagai tempat bergerak dan mengusahakan pemboran ke lubang selanjutnya yang juga disiapkan teman sekerja. Begitu seterusnya.

Rata-rata pekerja galian kabel Telkom itu mereka berkelompok. Satu kelompok dua orang.

Jika diperhatikan memang sungguh sulit bekerja sebagai penggali kabel itu, namun mereka yang sudah menjalaninya bertahun-tahun, sudah jadi hal yang biasa. Mereka diupah Rp 13.000,- per meter galian, termasuk menimbun kembali. Bayangkan kalau ada beragam kendala. Untuk makan sehari-hari saja mungkin angka demikian tidak cukup, apalagi untuk membiayai anak dan istri.

“Sudah tiga hari saya berdua dengan teman bekerja, belum selesai juga penggalian 30 meter. Hitunglah berapa upahnya. Rp 390.000,- dibagi dua. Jadi Rp 190.000,- Bagi lagi tiga. Hanya sekitar Rp 60.000,- saja. Bayangkan sulitnya mencari 'pitih' bekerja sebagai penggali kabel,” kata Bilal.

Namun, ada juga untungnya. Kalau tidak ada risiko kerja lancar-lancar saja. Dalam sehari bisa pendapatan sekitar Rp 300.000,-

“Saya pernah sebulan dapat rezeki dari penggalian kabel ini Rp 4 juta. Lumayan,” katanya sambil sedikit tersenyum.

Setelah pekerjaan yang sekarang, ada lagi kerja yang menunggu di Pariaman dan Medan.

Diakuinya, suka dukanya sebagai penggali kabel sudah dirasakannya.

“Namun jika tiba dukanya, tauncanglah awak. Tapi boss yang punya pengertian, dia arif. Khusus pekerja yang menemui kendala di lapangan, boss mau turun tangan. Itu yang sering kami alami,” kata Bilal.

Bagaimanapun juga, Bilal tetap bersyukur dengan kerja sebagai penggali kabel. Dari kerja itu dia berhasil menguliahkan anaknya hingga tamat S1 di STKIP PGRI dan sekarang bekerja jadi guru di kampungnya, Surian. Sedangkan dua anaknya yang lain masih sekolah di SMA dan SMP di Surian. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun