Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Jembatan Ratapan Ibu, Antara Kehebatan dan Kekejaman Belanda

13 Juli 2016   18:56 Diperbarui: 13 Juli 2016   21:24 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
PATUNG seorang ibu sedang bersedih menunjuk ke jembatan 'ratapan ibu', tempat penembakan dan pembunuhan pejuang yang melawan Belanda. Mayatnya hanyut bersamaan dengan arus deras sungai di bawahnya. (DOK PRIBADI)

Konon, saat itu air Sungai Batang Agam tempat jembatan itu berdiri berubah jadi merah karena banyaknya darah pejuang yang tertumpah. Sungguh banyak pejuang yang dipenjarakan Belanda di Payakumbuh dihukum tembak dan mayatnya dihanyutkan ke hiliran Batang Agam.

PATUNG seorang ibu sedang bersedih menunjuk ke jembatan 'ratapan ibu', tempat penembakan dan pembunuhan pejuang yang melawan Belanda. Mayatnya hanyut bersamaan dengan arus deras sungai di bawahnya. (DOK PRIBADI)
PATUNG seorang ibu sedang bersedih menunjuk ke jembatan 'ratapan ibu', tempat penembakan dan pembunuhan pejuang yang melawan Belanda. Mayatnya hanyut bersamaan dengan arus deras sungai di bawahnya. (DOK PRIBADI)
Dan kini, di jembatan itu berdiri sebuah patung perempuan berpakaian Minang yang berduka sambil mengarahkan telunjuknya ke lokasi pembunuhan pejuang kemerdekaan oleh tentara Belanda, persis di pinggir jembatan tersebut. Sebagai bukti, Belanda membangun negeri ini sekaligus membunuhi putra-putra terbaik yang menentang inlander tersebut.

Datanglah ke Payakumbuh dan saksikan jembatan 'Ratapan Ibu'. Anda akan terkagum-kagum seiring dengan kengerian atas kekejaman Belanda tatkala menjajah negeri ini. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun