a. SYARIAT. Berusia sekitar 80 tahun. Sudah lama kedua telinganya tuli. Sangat sering menangis, karena menganggap tidak diperhatikan keluarga.
Dalam keadaan lumpuh. Meski ada kursi roda, tapi tampaknya tidak ada mengiringinya atau menuntunnya menikmati lingkungannya. Jadilah Syariat bosan terus berada diatas rumah, sementara kelurganya juga sibuk dengan usaha kerjanya masing-masing. Dan dia menganggap tidak diperhatikan.
Syariat sering berzikir, tapi tidak shalatm, karena terus dalam keadaan tidak suci. Kelihatan rambutnya pun tidak disisir. Mandi, katanya, sekali 15 hari saja.
b. TINAHAR. Berusia 81 tahun. Tinggal bersama cucunya, karena anaknya menetap di tempat lain.
Keseharian Tinahar duduk dan tidur saja, disebabkan jarena sudah lama lumpuh karena kerapuhan tulang. Yang bersangkutan kelhatan fisiknya bersih, karena cucunya memndikannya teratur.
[caption caption="TINAHAR. Lumpuh dan penampilannya bersih, dan dipelihara cucunya. (DOK PRIBADI)"]
c. KARTINI. Juga memprihatinkan fisiknya. Rambutnya pun tidak disisir sudah lama. Suaranya tidak begitu jelas lagi. Dia hidup bersama anaknya yang juga tergolong kurang mampu.
d. NASRUL HARUN. Masih 64 tahun usianya. Tapi sudah sakit- sakitan. Sangat sering berobat ke rumah sakit. Namun kesembuhannya penyakitnya, Alahualam. Juga yang bersangkutan keluarga miskin.
[caption caption="NASRUL HARUN, 64 tahun. Sakit-sakitan, kurus dan penyakitnya tak kunjung sembuh. Diabadikan dengan penulis. (DOK PRIBADI)"]
PEMECAHAN MASALAH
Meski Kementerian Sosial bersama Pemerintah Provinsi di Indonesia sudah punya program membina lanjut usia miskin, namun kondisinya masih sangat terbatas.
Alangkah lebih baiknya binaan lanujut usia diluar panti jadi unggulan program untuk masa yang akan datang. Bahkan memberi dana stimulan pada warga lanjut usia, seperti di negara maju sudah pantas rasanya dilakukan di Indonesia.