Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Salat Gerhana di Sumbar dan Kiamat Itu Pasti akan Datang

9 Maret 2016   18:34 Diperbarui: 9 Maret 2016   19:08 50
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Ribuan ummat Islam Kota Padang memenuhi Masjid Raya Sumbar saat mendengarkan khotbah gerhana disampaikan Buya Gusrizal Gazahar. (DOK. PRIBADI)"][/caption]MAYORITAS umat Islam di Sumatra Barat, Rabu pagi (9/3), melaksanakan Salat Gerhana di masjid dan musala. Boleh dikatakan, seluruh rumah ibadah penuh sesak oleh anak-anak, remaja dan orang dewasa yang melaksanakan Salat gerhana. Untuk tingkat Sumatra Barat, Salat Gerhana dipusatkan di Masjid Raya Sumatra Barat, yang penuh sesak oleh jemaah bahkan melimpah hingga ke teras masjid dan ke lantai III.

Meski Rabu (9/3) adalah hari besar libur nasional, Nyepi, namun pegawai di lingkungan Pemko Padang dan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemprov Sumatra Barat dengan kesadaran tinggi melaksanakan Salat Gerhana di Masjid Raya Sumatra Barat yang berada di Jalan Khatib Sulaiman Kota Padang itu. Hal itu juga mematuhi edaran Walikota Padang, Mahyeldi Ansyarullah dan Gubernur Sumbar Irwan Prayitno. Bagi yang tinggal agak jauh dari kantor, diharapkan Salat Gerhana di masjid dan musala dekat pemukiman masing-masing.

Salat Gerhana yang dimulai sekitar pukul 07.00 WIB itu diimami qari H. Muchlis, yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Alquran Sumatra Barat. Sedangkan khotbah disampaikan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sumatra Barat, Buya H. Gusrizal Gazahar.

[caption caption="Pelaksanaan Salat gerhana di Masjid Raya Sumbar. Tampak Walikota Padang Mahyeldi Ansyarullah dan Sekprov Sumbar, DR. Ali Asmar, memulai takbir. (DOK. PRIBADI)"]

[/caption]

Tampak pada shaf pertama dalam pelaksanaan ibadah Salat Gerhanatersebut Sekretaris Provinsi DR. H. Ali Asmar bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah Sumatra Barat dan Kota Padang, Kakanwil Kemenag Sumbar, H. Salman K Memed, serta ribuan jemaah yang memenuhi Masjid Raya tersebut sampai ke teras atas lantai III.

Suara Imam Mukhlis yang sangat baik membuat jemaah begitu khusyuk dan syahdu melaksanakan Salat Gerhana, ‘dibarengi’ tangisan bayi yang dibawa orangtuanya.

Buya Gusrizal Gazahar dalam khotbahnya mengatakan bahwa sebenarnya umat Islam yang mengerti dengan terjadinya gerhana ini, mereka akan ketakutan. Bukan gembira, bukan menikmati wisata gerhana seraya menghambur-hamburkan uang.

Nabi dulunya, kata Buya Gusrizal, saat gerhana ini cemas. Takut akan terjadi bencana disebabkan gesekan matahari dengan planet lain. Bayangkan, tak terhitung banyaknya planet di angkasa, kalau saling tabrakan, pecah berserakanlah semuanya. Itulah yang disebut kiamat.

[caption caption="BUYA Gusrizal Gazahar, Ketua MUI Sumbar, sedang menyampaikan khotbah gerhana di Masjid Raya Sumatra Barat. (DOK. PRIBADI )"]

[/caption]

“Kiamat itu pasti datang. Oleh sebab itu, jadikanlah peristiwa gerhana ini suatu kekuasaan Allah yang tidak bisa dilakukan oleh siapapun juga. Jangan pula peristiwa gerhana ini memuncukan beragam peristiwa yang aneh-aneh. Semuanya terjadi adalah karena Allah. Jangan ada di antara umat Islam yang berfikir keliru dengan gerhana ini. Sebab, Islam adalah konfrehensif, mengatur semuanya. Dengan gerhana ini, umat diharapkan semakin sadar. Allah itu memang punya kekuasaan yang mutlak. Dan mari, kita pedomani semua petunjuk Allah. Jadilah kita orang beriman dan bertaqwa pada Allah,” kata Buya Gusrizal Gazahar.

Dia menyeru umat untuk menyadari semua kesalahan. Insaflah. Dengan peristiwa ini, marilah kita beramal maksimal. Yang terpenting adalah beramal dengan penuh kesadaran. Jadikanlah rumah tangga sebagai benteng pertahanan yang kokoh. Sebab, kalau rumah tangga sudah kuat, amanlah kita semua.

“Pemerintah, ulama, dan cendekiawan hanya mengarahkan umat beramal positif. Yang menentukan adalah kekompakan rumah tangga,” ulasnya.

Ditambahkannya, kalau rumah tangga berantakan, ulama, Walikota, dan Gubernur, tentu tidak punya waktu mengawasi rakyatnya. Untuk itu, umat diajak untuk menjadikan momentu gerhana ini sebagai ajang instrospeksi diri dan bertaubat.

“Sebab, pada akhir zaman nanti dunia akan benar-benar gelap dan semua planet bertabrakan, hancur lebur dan kiamat. Yang banyak dosa ke neraka, dan yang banyak amal hiduplah dalam sorga.” Demikian penyamapaian Buya Gusrizal Gazahar yang merupakan alumni Universitas Al Azhar Mesir tersebut. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun