Mohon tunggu...
Adi Bermasa
Adi Bermasa Mohon Tunggu... Jurnalis - mengamati dan mencermati

Aktif menulis, pernah menjadi Pemimpin Redaksi di Harian Umum Koran Padang, Redpel & Litbang di Harian Umum Singgalang, sekarang mengabdi di organisasi sosial kemasyarakatan LKKS Sumbar, Gerakan Bela Negara (GBN) Sumbar, dll.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Penghasil Camilan Ternama, Padangkandis Jadi Kampung Aman Tanpa Pengangguran

10 Februari 2016   05:51 Diperbarui: 10 Februari 2016   10:40 1098
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="UBI kayu dumai sedang dimasak menjadi rubik ganefo dengan kuali besar. (FOTO | DOK. PRIBADI)"]

[/caption]

Beragam nama dan merek industri pangan rumahan berbahan ubi dari Padangkandis ini dengan motifnya yang beragam, namun demikian, tetap dibutuhkan inovasi maksimal agar mampu menyamai industri rendang yang kepopulerannya sudah mendunia.

Adrizal, salah seorang pemasar industri rumah tangga olahan dari ubi dumai tersebut mengatakan, di Riau sampai ke Batam camilan asal Padangkandis ini sudah jadi makanan rutin di kafe elit dan tempat pertemuan bergengsi.

“Luar biasa. Kita jadi bangga,” katanya.

Namun disebutkannya juga, akhir-akhir ini peminat camilan dari ubi itu sedikit merosot. Dia berharap kondisi itu tidak berlangsung lama.

“Karena memberi pengaruh ‘global’,” lanjutnya sambil tertawa penuh arti.

Bagaimanapun juga, Padangkandis yang merupakan salah satu jorong dalam Kenagarian VII Koto Talago, Kecamatan Guguk, Kabupaten Limapuluh Kota, memang hebat. Hanya dengan industri rumahan mampu menghasilkan camilan yang gurih, tiada banding rasanya dan tidak dijumpai di tempat lain. Entah apa resepnya, hanya warga Padangkandis yang tahu. *

[caption caption="RUBIK Ganefo yang sudah masuk packingan siap dipasarkan. (FOTO | DOK. PRIBADI)"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun