Tionghoa di Sumatra Barat yang tergabung dalam Himpunan Bersatu Teguh (HBT) sekarang sudah punya krematorium moderen. Untuk kawasan Sumatra, HBT Sumatra Barat dipimpin Ketuanya Andreas Sofandi satu-satunya yang punya krematorium untuk kremasi jenazah buatan Korea yang dibeli seharga Rp5 Miliar.
Menurut Sekretaris HBT, Chandra, bahwa komunitas Tionghoa terakhir ini cenderung mengkremasi jenazah,dibanding dengan sistem kuburan yang biayanya agak mahal, termasuk biaya makam dengan pajaknya rutin dibayar juga mahal. Sementara kremasi,apalagi dengan krematorium moderen jelas biayanya terbilang irit, termasuk waktu penyelenggaraannya. Itulah sebabnya HBT Sumatra Barat membeli krematorium moderen tersebut.
Kalau kremasi jenazah dengan krematorium model lama, waktunya terlalu panjang. Satu jenazah memakan waktu sekitar enam jam. Sementara dengan peralatan moderen yang dimiliki HBT sekarang, hanya memakan waktu kremasi jenazah paling lama sekitar dua jam saja. Jelas lebih praktis.
Sebenarnya, menurut Romo Sudarma, juga salah seorang pengurus HBT, bagi warga Tionghoa silahkan saja memilih, terutama bagi famili dari komunitas yang meninggal, apakah dimakamkan di kuburan yang sudah tersedia lokasinya, atau jenazah tersebut dikremasi.
Kalau dikubur, problemanya berupa jauhnya lokasi pemakaman di perbukitan Bungus Teluk Kabung, sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Padang, ditambah lagi biayanya besar dengan beragam tahapannya, berupa penggalian kubur, membangun areal kuburan, pajak makam, serta biaya tidak terduga lainnya. Namun dengan adanya peralatan moderen krematorium ini tampaknya kecenderungan warga Tionghoa lebih memilih kremasi.
Lembaga Sosial HBT untuk Propinsi Sumatra Barat yang berpusat di Padang berlokasi di Kampung Pondok, kawasan kota lama, Kecamatan Padang Selatan.
Krematorium sistem moderen tersebut letaknya dalam komplek rumah duka HBT. Namun pelaksanaan kremasi jenazah disini belum dipakai, disebabkan adanya 'gesekan' dari kalangan tertentu. Dan diharapkan dalam waktu dekat ini, kelompok yang tidak berkenan itu akan sadar dengan sendirinya. Biarlah untuk sementara kita pakai yang lama juga, berlokasi di areal pemakaman warga Tionghoa di Bungus Teluk Kabung, kata Chandra, sekretaris HBT Sumatra Barat pada rombongan Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dipimpin Ketuanya Drs.H. Yulius Said dan pengurus lainnya,H. Nurman Agus, H. Adi Bermasa dan Zainal Tazar saat berkunjung ke HBT Sumatra Barat ini Rabu (13/1).
Dikatakan Chandra, bahwa HBT di Sumatra Barat ini sekarang sudah berusia sekitar 140 tahun, karena didirikan 31 Desember 1876, sekaligus ada rumah duka.
Khusus rumah duka, boleh dimanfaatkan siapa saja.Warga Islam, juga silahkan. Tidak ada masalah. Juga sudah pernah warga Islam disemayamkan disini, sebelum dimakamkan.
Bagi warga Islam, silahkan dilaksanakan pesemayaman disini, sesuai dengan petunjuk ajaran Islam,kata Chandra.
Khusus warga Tionghoa yang tergabung dalam HBT Sumatra Barat sekitar 2.500 anggota, tersebar di berbagai kota. Selain Padang, mereka ada yang berdomisili di Padangpanjang, Bukittinggi, Payakumbuh dan kota serta daerah lainnya.
Rumah duka HBT Sumatra Barat ini termasuk unik. Myoritas bangunannya terdiri dari beragam kayu, yang keihatannya cukup menakjubkan. Dan dikhabarkan kayu yang sudah berusia seumur HBT itu,sekitar 140 tahun, kayunya didatangkan dari Jawa, terutama jati dengan harganya begitu mahal.
Adanya 'gesekan', yang sampai memunculkan demo, sehingga jajaran Polisi Kota Padang dipimpin Kapolresnya Kombes Wisnu Andayana memediasi antara pihak HBT dengan pengurus Masjid Muhammadan, berjarak puluhan meter saja dari HBT ini.
Ternyata dalam acara penuh keakraban tersebut berlangsung di Kantor Polresta, 29 Desember 2015 lalu terungkap bahwa pengurus masjid Muhammadan tidak mempermasalahkan keragaman etnik dan agama disana.
Menurut Kapolresta, seperti diberitakan surat kabar Haluan 31 Desember 2015, bahwa pengurus masjid Muhammadan tidak mempermasalahkan krematorium HBT tersebut.
Dari hasil pengujian Laboratorium sudah melalui prosedur. Ramah terhadap lingkungan, sesuai dengan hasil pengujian Labor Lingkungan Hidup PT Unilap Perdana Jakarta Nomor 003353/LHP/ lV/ 2015. Dengan teknologi yang dimiliki, proses krematorium tidak akan mengeluarkan asap, limbah apalagi bau.
Karena tidak ada lagi sebenarnya permasalahan, tapi pihak HBT melalui sekretarisnya, Chandra, mengatakan, biarlah agak terundur sedikit waktu, pemanfaatan krematorium moderen ini. Dan pihak kami segera bertukar fikiran dengan Himpunan Tjinta Teman (HTT), organisasi sosial warga Tionghoa Sumatra Barat juga, yang sekretriatnya bersebelahan dengan Rumah Duka HBT,kata Sekretarisnya Chandra. *
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI