Mohon tunggu...
adibah rasikhah
adibah rasikhah Mohon Tunggu... Penulis - 24/7 Eating and Writing but still have normal life

I am a food studiest enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Jamu dan Eksistensinya

6 Februari 2021   07:00 Diperbarui: 6 Februari 2021   07:07 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernahkan Anda menjumpai beberapa pedagang jamu yang berkeliling di sekitar rumah Anda dengan menyajikan beberapa racikan jamu dalam botol setiap pagi hari? Anda mungkin pernah bahkan sering melihatnya saat 10 tahun lalu. Bagaimana dengan hari ini?

Indonesia memiliki biodiversitas lebih dari 30.000 spesies herbal. Diantaranya kita mengenal dengan istilah Jamu. Jamu merupakan salah satu obat tradisional yang seringkali didapatkan dari hasil turun temurun berdasarkan pengalaman dari generasi sebelumnya. Jamu sendiri berasal dari bahasa Jawa, yang merupakan gabungan dari dua kata Jampi Usodo, mempunyai arti ramuan kesehatan disertai dengan doa. Istilah ini telah dikenal sejak zaman dahulu oleh nenek moyang kita.

Sejarah jamu memang tidak diketahui secara pasti, beberapa menyebutkan adanya hubungan dengan kebiasaan di kerajaan Hindu Mataram, yaitu pada beberapa kebiasaan putri-putri keraton dalam menjaga kesehatan dan kecantikan tubuh. 

Beberapa pendapat menyebutkan dapat ditemukan di relief-relief Candi, dan istilah Jamu juga dapat ditelusuri pada peninggalan tulisan pada naskah Gatotkacasraya (Mpu Panuluh), Serat Centhini, dan Serat Kawruh Bab Jampi-jampi Jawi. Sebutan bagi orang yang membuat jamu dan resep ramuan disebut Acaraki dalam kitab Madhawapura. Sehingga jamu sendiri memang telah menjadi bagian dari sejarah kearifan lokal bangsa Indonesia.

Pelayanan kesehatan tradisional ramuan sudah lama dikenal di Indonesia sebagai upaya promotif, preventif hingga bahkan berkembang menuju kuratif dan paliatif. 

Pemerintah sendiri melalui Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan dan Riset Tumbuhan Obat dan Jamu I (Ristoja) 2012 telah berhasil meneliti sebanyak 1.889 spesies tumbuhan obat, mendapat 15.671 resep kesehatan, dan 1.183 berfungsi sebagai obat penyembuh. Jamu tidak hanya untuk kesehatan fisik namun juga dapat menjadi penyembuh penyakit, dan menjaga stamina.

Lewat beberapa peraturan perundang-undangannya, pemerintah telah berusaha mengembangkan potensi kearifan lokal bangsa ini. Yaitu pada UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, salah satunya disebutkan bahwa diperlukannya integrasi pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan formal. 

Pemerintah melalui BPOM juga telah memfasilitasi penggunaan sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan untuk pengobatan preventif dan kuratif. Pada tahun 2010, pemerintah mencoba membentuk jejaring tenaga kesehatan sebagai pelaku 'yankes jamu' dan 'penelitian jamu' sebagai upaya dalam mengembangkan pengobatan tradisional.

Dalam dunia kesehatan WHO juga mendukung untuk memajukan pemanfaatan pengobatan tradisional, serta mendorong pemanfaatan khasiat pengobatan tradisional melalui regulasi produksi, praktek, dan praktisioner. Dalam mewujudkan potensi jamu sebagai komoditi negeri yang kompetitif di tingkat global, maka diperlukan pengembangan menuju arah yang jelas dengan strategis dan measurable. 

Pada RPJ (Roadmap Pengembangan Jamu) tahun 2011-2025 yang merupakan acuan teknis tahapan komprehensif dalam pengembangan jamu, pemerintah mencanangkan visi, yaitu "Jamu Indonesia menjamin Kualitas Hidup Dunia". 

Hal ini ditujukan untuk mengembangkan perjamuan Indonesia yang aman, berkhasiat, dan bermutu bersama dengan dukungan industri yang strategis, mandiri, dan berdaya saing global sehingga tercipta integrasi jamu dalam pelayanan kesehatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat.

Prof dr Tjandra Yoga Aditama dalam bukunya Jamu dan Kesehatan menyebutkan setidaknya ada lima pihak yang berperan penting dan harus bisa bersinergis dalam pengembangan jamu di masyarakat Indonesia. 

Mereka adalah, masyarakat itu sendiri, petugas kesehatan, lembaga penelitian, para penentu kebijakan publik, dan pengusaha jamu. Kerja sama ini sangat diperlukan dalam memajukan dunia jamu Indonesia, mengangkat kembali kearifan lokal bangsa dan mengenalkannya pada dunia. 

Selain itu, jamu sendiri diharapkan dapat menjadi obat alternatif (alternative/complementary/ herbal/ natural medicine) yang mudah diolah oleh masyarakat sendiri. 

Sebagai seorang pemuda generasi bangsa, merupakan tanggung jawab kita bersama dalam mengembangkan potensi kearifan lokal bangsa, salah satu cara sederhana bisa dengan rutin mengkonsumsi herbal lokal nusantara atau jamu. 

Selain dapat menjaga stamina, jamu juga dapat menjadi obat herbal alternative yang dapat menyembuhkan beberapa keluhan. Jadi, ayo kita lestarikan budaya perjamuan Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun