Jadi kalau kita bisa bikin program serupa, para pembudidaya ini bakal dapet subsidi atau dukungan teknologi buat ngejaga kualitas produk mereka, dari kolam sampai ke kaleng. Hasilnya? Kualitas terjamin, ekonomi lokal pun tidak terpinggirkan.
Nggak Cuma Ikan Laut, tapi Juga Ikan Air Tawar
Siapa yang nggak suka variasi, ya kan? Apalagi soal makanan. Kalau anak-anak ini makan ikan kaleng setiap hari, mungkin perlu ada sesuatu yang beda tiap minggunya biar mereka nggak bosan.
Kita tahu Jepang sukses bikin variasi rasa dalam produk ikan kaleng mereka---ada yang rasa miso, kecap asin, bahkan rasa kari (Japanese Fishery Agency, 2020).
Nah, kalau di sini? Bayangin ikan lele atau nila yang dibikin dalam kaleng dengan bumbu balado atau rendang.
Selera anak-anak Indonesia pasti kena banget, dan ini bisa jadi cara jitu untuk ngenalin berbagai macam ikan, bukan cuma tuna atau tongkol.
Teknologi Digital Buat Pantau Kualitas
Mungkin kedengerannya ribet, tapi teknologi sekarang tuh udah canggih banget.
Di Islandia, mereka udah mulai pakai teknologi blockchain buat ngelacak produk ikan dari laut sampai ke tangan pembeli (Iceland Responsible Fisheries, 2022).
Jadi semua orang bisa tahu dari mana ikan itu berasal, siapa yang mengolah, dan gimana kualitasnya dijaga sepanjang perjalanan.
Indonesia bisa juga nih, pake aplikasi atau sistem pelacakan yang lebih sederhana. Misalnya, setiap nelayan, pembudidaya, dan perusahaan pengalengan yang tergabung bisa input data soal kualitas dan kuantitas produk mereka.
Pemerintah bisa ngawasin ini semua, dan kalau ada kendala kualitas, mereka langsung tahu harus memperbaiki dari mana.
Makin transparan, makin gampang ngawasin standar, makin stabil pasokan untuk program MBG.