Negara-negara dengan sistem pendidikan terbaik dunia justru mempertahankan ujian nasional mereka:
- Finlandia, dengan sistem pendidikan nomor satu dunia, tetap memiliki Matriculation Examination
- Jepang dengan Center Test-nya
- Korea Selatan dengan Suneung
- Singapura dengan O-Level dan A-Level
- China dengan Gaokao
Mereka memahami bahwa standar nasional bukan penghalang kreativitas, melainkan fondasi yang memastikan kualitas minimum pendidikan tetap terjaga.
Dunia Kerja Tidak Mengenal Kompromi
"Apakah mungkin jika kelak anak-anak itu lulus, adakah perusahaan hebat yang mau menerima mereka tanpa ujian?"
Pertanyaan ini mengasumsikan bahwa dunia kerja akan berbaik hati mengabaikan standar kompetensi. Realitanya? Perusahaan-perusahaan terkemuka justru semakin ketat dalam proses rekrutmen mereka.
Mereka membutuhkan cara untuk memastikan bahwa calon pegawai memiliki kompetensi dasar yang diperlukan.
Tanpa standar nasional, setiap sekolah bisa membuat standar mereka sendiri. Bayangkan kekacauan yang terjadi ketika ribuan sekolah di Indonesia masing-masing punya standar berbeda.
Bagaimana perusahaan bisa membandingkan lulusan dari sekolah A di Jakarta dengan sekolah B di pelosok Sumatera?
Penyesuaian, Bukan Penghapusan
Kritik terhadap UN seringkali valid - tekanan berlebihan, fokus yang terlalu sempit pada akademik, atau praktik kecurangan. Namun solusinya bukan menghapus UN, melainkan menyesuaikan sistemnya:
1. Implementasi Computer-Based Testing yang lebih fleksibel
2. Kombinasi dengan penilaian berkelanjutan
3. Cakupan materi yang lebih relevan dengan kebutuhan zaman
4. Sistem yang lebih transparan dan adil
5. Mekanisme pengawasan yang lebih ketat
Dampak Penghapusan UN pada Kualitas Pendidikan
Penghapusan UN tanpa sistem pengganti yang memadai dapat menimbulkan berbagai masalah serius:
1. Kesenjangan Kualitas
- Sekolah di daerah maju akan semakin unggul
- Sekolah di daerah tertinggal semakin sulit mengejar ketertinggalan
- Tidak ada standar minimal yang harus dicapai
2. Menurunnya Daya Saing Global
- Lulusan Indonesia akan kesulitan bersaing di tingkat internasional
- Kredibilitas ijazah Indonesia bisa dipertanyakan
- Berkurangnya peluang studi lanjut di universitas terkemuka
3. Tantangan bagi Dunia Kerja
- Proses rekrutmen menjadi lebih kompleks dan mahal
- Perusahaan harus membuat tes kompetensi sendiri
- Potensi diskriminasi berdasarkan asal sekolah
Melindungi Masa Depan Generasi
Ketika kita membeli helm berstandar SNI, kita membayar lebih mahal untuk perlindungan. Ketika kita memilih makanan berlabel BPOM, kita rela mengeluarkan lebih banyak untuk keamanan.
Mengapa untuk pendidikan yang menentukan masa depan anak-anak kita, kita justru rela mengorbankan standardisasinya?