Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Literasi 1%, Ekonomi Naik 1,5%: Formula Emas Kesejahteraan yang Terabaikan

12 November 2024   12:03 Diperbarui: 12 November 2024   12:14 148
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi | Setiap kenaikan 1 persen tingkat literasi di suatu negara berpotensi mendorong PDB naik hingga 1,5 persen. via literacytexas.org

Dr. Bambang Wisudo kembali menyoroti hal ini dalam Forum Pendidikan Nasional, "Kita masih bergerak tanpa peta yang jelas." Ia menilai bahwa program literasi di Indonesia masih belum memiliki fondasi yang kuat dan terstruktur (Tempo, 5/2/2024).

Meski begitu, beberapa inisiatif lokal menunjukkan perkembangan positif. Di Bandung, misalnya, program "Kampung Literasi" yang digagas pemerintah setempat berhasil meningkatkan minat baca warga hingga 40 persen (Laporan Dinas Pendidikan Kota Bandung, 2023). 

Di Yogyakarta, gerakan "Vespa Pustaka" yang diprakarsai oleh komunitas literasi telah menjangkau lebih dari 5.000 pembaca baru setiap tahun, memperlihatkan bahwa inisiatif berbasis komunitas dapat berkontribusi secara nyata dalam meningkatkan literasi masyarakat (Jogja Daily, 18/12/2023).

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menekankan perlunya gerakan literasi yang masif dan terstruktur, melibatkan seluruh elemen masyarakat. 

Dalam Rapat Kerja bersama Komisi X DPR RI, ia menegaskan bahwa reformasi sistem pendidikan dan investasi infrastruktur literasi harus menjadi prioritas, dengan target ambisius untuk menyediakan minimal satu perpustakaan digital di setiap kecamatan pada 2025 (RMOL, 25/1/2024).

Literasi tidak hanya memberikan dampak pada individu, tetapi juga memperkuat ketahanan ekonomi nasional. Studi terbaru dari Harvard Kennedy School of Government menunjukkan bahwa negara-negara dengan tingkat literasi tinggi cenderung memiliki ketahanan ekonomi 2,5 kali lebih baik dalam menghadapi krisis. 

Prof. Michael Porter dalam tulisannya di Harvard Business Review menyatakan, "Literasi bukan hanya kemampuan membaca dan menulis, tetapi merupakan fondasi ketahanan ekonomi nasional" (Harvard Business Review, January 2024). Dengan literasi yang kuat, masyarakat dapat menjadi lebih kritis, produktif, dan inovatif dalam menghadapi perubahan global.

Di lingkungan keluarga, perubahan sederhana seperti membaca dapat menciptakan dampak besar. Penelitian Stanford University selama 15 tahun membuktikan bahwa membaca selama 15 menit sebelum tidur meningkatkan kemampuan kognitif anak hingga 23 persen, sekaligus meningkatkan potensi pendapatan masa depan mereka hingga 35 persen (Stanford Education Research Quarterly, 2024). 

Ini menunjukkan bahwa literasi harus dibangun sejak usia dini, dengan peran aktif orang tua dalam membentuk kebiasaan membaca di rumah.

Saat ini, momentum untuk membangun budaya literasi di Indonesia sangat mendesak. Asian Development Bank (ADB) memproyeksikan bahwa Indonesia akan mencapai puncak bonus demografi pada 2030, di mana jumlah penduduk usia produktif akan sangat besar. 

ADB memperkirakan bahwa jika Indonesia berhasil meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui literasi, negara ini berpotensi menjadi kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara (ADB Economic Outlook 2024). Namun, jika literasi tetap diabaikan, bonus demografi ini bisa menjadi bencana, dengan jutaan tenaga kerja yang tidak siap menghadapi persaingan global.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun