Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Artikel Utama

Protes Peternak, Ribuan Liter Susu Dibuang ke TPA

10 November 2024   17:12 Diperbarui: 10 November 2024   21:42 513
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Peternak, loper, dan pengepul susu di Boyolali membuang susu karena produk mereka tidak terserap oleh industri. (KOMPAS.com/Labib Zamani)

Di atas mobil bak terbuka yang terparkir di tempat pembuangan sampah, sekelompok peternak berdiri, menumpahkan susu segar yang baru saja mereka perah.

Adegan tersebut menunjukkan kekecewaan yang mendalam, di mana susu yang seharusnya menjadi sumber penghidupan bagi peternak lokal kini terbuang sia-sia.

Sekitar 50 ribu liter susu dituangkan begitu saja ke tanah---aksi simbolis yang mencerminkan kepedihan sekaligus protes mereka atas kebijakan yang semakin menyulitkan (detik.com, 10/11/2024).

Aksi yang terjadi di Boyolali ini bukan sekadar protes spontan. Ini adalah puncak dari keresahan para peternak susu yang tak lagi mampu menahan beban akibat ketidakadilan pasar.

Kebijakan impor yang terus berjalan tanpa batasan yang jelas telah menyebabkan overproduksi susu lokal yang tidak terserap oleh industri pengolahan dalam negeri. Akibatnya, mereka terpaksa membuang produk yang menjadi hasil jerih payah mereka setiap harinya.

Kondisi Peternak Susu di Boyolali

Dalam gambar tersebut, terlihat jelas bagaimana peternak di Boyolali bergulat dengan realitas pahit yang dipaksakan oleh kebijakan pasar.

Sugeng, salah satu peternak, menceritakan bahwa tindakan membuang susu merupakan langkah terakhir setelah semua upaya lain tak membuahkan hasil. 

Keterbatasan kuota yang ditetapkan oleh industri pengolahan membuat mereka terpaksa menanggung stok berlebih yang tidak dapat dijual. Mereka tidak punya pilihan lain selain menumpahkan susu hasil perahan, sebagai bentuk protes terhadap kebijakan yang tak berpihak pada mereka (kompas.com, 08/11/2024).

Budi, seorang pengepul susu, juga menyampaikan kekecewaannya. "Setiap hari kami harus memilih, berapa banyak susu yang bisa dijual dan berapa yang harus dibuang," ujarnya. 

Hal ini terjadi karena pabrik yang biasanya membeli susu lokal mulai beralih ke susu impor yang lebih murah, menekan peternak lokal yang kini kesulitan menjual hasil produksinya.

Aksi membuang susu ini merupakan simbol ketidakberdayaan sekaligus bentuk protes atas sistem yang tak lagi adil bagi mereka (antaranews, 09/11/2024).

Kebijakan Impor Susu dan Dampaknya

Kebijakan impor susu yang selama ini diterapkan bertujuan menjaga stabilitas pasokan dalam negeri, tetapi dampaknya bagi peternak lokal sangat besar.

Di Indonesia, lebih dari separuh kebutuhan susu dipenuhi dari impor. Ketergantungan ini menyebabkan harga susu lokal sulit bersaing dengan produk impor yang harganya lebih rendah.

Di sisi lain, peternak lokal semakin terjepit karena mereka hanya bisa menjual dalam jumlah yang sangat terbatas. Akibatnya, banyak susu yang terpaksa terbuang.

Menurut data Kementerian Pertanian, sekitar 70% pasokan susu di Indonesia berasal dari impor (katadata.co.id, 24/06/2023).

Hal ini mencerminkan ketidakseimbangan antara produksi lokal dan kebutuhan nasional, di mana peternak kecil seperti yang terlihat dalam gambar ini tidak memiliki peluang yang adil untuk bersaing. Kebijakan ini, meski bertujuan menjaga harga tetap stabil, justru membuat pasar lokal semakin tersisih oleh produk luar negeri.

Aksi Protes di Boyolali sebagai Simbol Krisis

Foto peternak Boyolali yang menumpahkan susu di tempat pembuangan sampah menjadi simbol keresahan yang tak terucapkan. Dengan sekitar 50 ribu liter susu yang terbuang, kerugian mereka tidak hanya dihitung dari segi materi, tetapi juga beban psikologis dan sosial.

Bayangkan, setiap liter susu yang dibuang berarti kerugian langsung bagi mereka. Jika satu liter dihargai Rp5.000, maka aksi ini menyebabkan kerugian hingga Rp250 juta hanya dalam satu hari. Hal ini menunjukkan betapa besar tekanan yang harus mereka tanggung (sindonews, 10/11/2024).

Aksi ini juga menyoroti keterbatasan industri pengolahan dalam negeri yang tidak mampu menampung produksi lokal sepenuhnya.

Sistem kuota yang diterapkan industri, meski awalnya bertujuan menjaga pasokan, ternyata menimbulkan dampak serius bagi peternak. Ketika hasil produksi lokal tidak terserap, peternak tak punya pilihan lain selain membuang hasil perahannya.

Di Boyolali, tumpahan susu ini bukan hanya bentuk perlawanan, tetapi juga panggilan agar kebijakan impor dan industri lokal lebih berpihak pada mereka (viva.co.id, 09/11/2024).

Solusi dan Dukungan yang Diperlukan

Dalam menghadapi krisis ini, Profesor Rahmat dari Universitas Gadjah Mada mengusulkan langkah konkret. "Subsidi bagi pakan ternak atau insentif bagi industri pengolahan susu lokal sangat diperlukan untuk meringankan beban peternak," ungkapnya (kompas.com, 14/09/2023).

Dengan insentif ini, industri lokal dapat lebih banyak menyerap hasil perahan dalam negeri, sehingga produksi lokal tidak terbuang percuma.

Selain itu, beberapa ahli juga menyarankan pembatasan kuota impor susu. Jika industri dalam negeri dapat diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan susu, para peternak lokal seperti yang ada di Boyolali dapat memiliki kesempatan yang lebih besar. Dengan pembatasan impor dan dukungan langsung, krisis seperti yang tergambar dalam foto ini bisa dihindari (detik.com, 10/11/2024).

Kesimpulan

Gambar aksi peternak Boyolali yang membuang susu ke tempat sampah adalah bentuk protes yang keras namun menyakitkan. Kebijakan impor yang tidak adil telah membuat mereka kehilangan kesempatan untuk berkembang.

Dengan dukungan kebijakan yang tepat, peternak lokal dapat kembali bangkit dan industri susu dalam negeri akan lebih kuat tanpa harus bergantung pada produk impor.

Aksi ini seharusnya menjadi pengingat bagi pemerintah bahwa keberpihakan pada peternak lokal adalah kunci untuk menciptakan ekonomi yang mandiri dan berkeadilan.

Jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, aksi serupa mungkin akan terulang di berbagai daerah, dan para peternak lokal akan terus merugi. 

Tumpahan susu ini adalah jeritan mereka yang terpinggirkan, sekaligus harapan agar kebijakan berpihak pada mereka yang setiap hari bertarung dengan kerasnya kehidupan demi menghidupi keluarga dan masyarakat sekitarnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun