Dalam menghadapi krisis ini, Profesor Rahmat dari Universitas Gadjah Mada mengusulkan langkah konkret. "Subsidi bagi pakan ternak atau insentif bagi industri pengolahan susu lokal sangat diperlukan untuk meringankan beban peternak," ungkapnya (kompas.com, 14/09/2023).
Dengan insentif ini, industri lokal dapat lebih banyak menyerap hasil perahan dalam negeri, sehingga produksi lokal tidak terbuang percuma.
Selain itu, beberapa ahli juga menyarankan pembatasan kuota impor susu. Jika industri dalam negeri dapat diprioritaskan untuk memenuhi kebutuhan susu, para peternak lokal seperti yang ada di Boyolali dapat memiliki kesempatan yang lebih besar. Dengan pembatasan impor dan dukungan langsung, krisis seperti yang tergambar dalam foto ini bisa dihindari (detik.com, 10/11/2024).
Kesimpulan
Gambar aksi peternak Boyolali yang membuang susu ke tempat sampah adalah bentuk protes yang keras namun menyakitkan. Kebijakan impor yang tidak adil telah membuat mereka kehilangan kesempatan untuk berkembang.
Dengan dukungan kebijakan yang tepat, peternak lokal dapat kembali bangkit dan industri susu dalam negeri akan lebih kuat tanpa harus bergantung pada produk impor.
Aksi ini seharusnya menjadi pengingat bagi pemerintah bahwa keberpihakan pada peternak lokal adalah kunci untuk menciptakan ekonomi yang mandiri dan berkeadilan.
Jika pemerintah tidak segera mengambil tindakan, aksi serupa mungkin akan terulang di berbagai daerah, dan para peternak lokal akan terus merugi.Â
Tumpahan susu ini adalah jeritan mereka yang terpinggirkan, sekaligus harapan agar kebijakan berpihak pada mereka yang setiap hari bertarung dengan kerasnya kehidupan demi menghidupi keluarga dan masyarakat sekitarnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H