Namun, ada juga yang berkata, "Yang penting eksposur!" Mereka ini lebih peduli pada eksposur dan pengakuan publik daripada isi tulisan itu sendiri. Mana yang benar? Tidak ada yang salah atau benar; ini semua adalah soal pilihan.
Realita yang Lucu tapi Menyakitkan
Akhirnya, semuanya kembali pada pilihan kita masing-masing. Di dunia yang serba tidak pasti ini, menjadi seniman adalah pilihan yang paling tidak pasti.
Menulis dari hati itu hebat, tetapi tidak semua orang sanggup bertahan dalam kerasnya dunia ini. Kita tahu bahwa karya kita mungkin tidak cocok untuk media tertentu, namun tetap saja kita mengirimnya dengan sedikit harapan.
Persis seperti mengunggah video ke media sosial, berharap mencapai halaman "FYP" meskipun algoritma tampaknya tidak berpihak.
Ada kisah tentang penulis yang gigih, yang terus mengirim naskah tanpa putus asa. Mereka ini seperti generasi konten kreator yang terus mencoba, meski tahu kontennya mungkin tidak akan viral.
Mereka terus berusaha, sama seperti kita yang tidak pernah kapok membuat konten meski algoritma tampak tidak adil.
Dan akhirnya? Mungkin ada sebagian dari mereka yang berhasil; tapi tak sedikit juga yang berakhir dengan tumpukan naskah yang tak kunjung diterima---mungkin untuk selamanya.
Kesimpulan: Dunia Sastra yang Tak Pasti Tapi Menghibur
Jika ada yang bertanya, "Bagaimana cara tembus media atau menang lomba?" mungkin jawaban paling jujur adalah: tidak ada cara pasti.
Kita harus memilih jalan kita sendiri, antara menyesuaikan diri dengan redaktur atau setia pada diri sendiri. Dunia sastra itu rumit, penuh ketidakpastian, tetapi di sanalah letak daya tariknya.
Seperti kita mengunggah konten ke media sosial, berharap menemukan tempat atau apresiasi, kita pun terus menulis, mengirim, dan berharap suatu saat karya kita mendapatkan tempatnya.
Jadi, meskipun jalannya berliku, mari kita nikmati perjalanan ini---karena pada akhirnya, menulis adalah tentang menemukan suara kita sendiri di tengah riuh rendah dunia yang penuh ekspektasi.