Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Memilih Pemimpin di Era Antroposen, Saatnya Memilih Pemimpin dari Jejak Karbonnya!

29 Oktober 2024   15:54 Diperbarui: 29 Oktober 2024   19:05 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tumpukan sampah seluas 3,4 juta kilometer persegi yang menunjukkan betapa besarnya ancaman yang dihadapi masa depan dunia via arkasnews.com

Data dari Indonesia Mangrove Action Project menunjukkan bahwa satu hektar hutan bakau dapat menyerap karbon hingga empat kali lebih banyak dibandingkan hutan daratan. 

Namun, setiap tahunnya, wilayah hutan bakau kita terus berkurang, tergantikan oleh tambak, perumahan, dan pembangunan lainnya. Kehilangan ini tidak hanya mengancam lingkungan tetapi juga mengancam masyarakat yang hidup dari ekosistem tersebut.

Seorang aktivis lingkungan, Didi Kaspi Kasim, menggambarkan hilangnya hutan bakau sebagai "kerugian besar yang tidak hanya berdampak pada lingkungan tetapi juga mengancam masa depan kita." 

Bakau yang hilang berarti hilangnya masa depan pesisir yang sehat. Kita akan kehilangan kemampuan untuk menyerap karbon dalam jumlah besar, dan kita akan melihat bencana iklim semakin sering terjadi. 

Jika seorang calon pemimpin benar-benar peduli pada bumi ini, seharusnya mereka memperhatikan hal-hal seperti ini. Bukan hanya soal menjaga lingkungan, tetapi soal menjaga kehidupan.

Jejak Karbon sebagai Kriteria Pemilihan Pemimpin

Setiap pemilu adalah kesempatan bagi kita untuk memilih pemimpin yang bertanggung jawab. Jejak karbon harus mulai dianggap sebagai kriteria penting dalam memilih pemimpin. 

Setiap kampanye yang mereka lakukan, setiap janji yang mereka berikan, seharusnya tidak hanya diukur dari popularitas tetapi juga dari dampaknya pada bumi. Kita perlu calon pemimpin yang sadar akan jejak karbon mereka. Mereka yang tahu bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi.

Prof. Emil Salim, ahli lingkungan Indonesia, pernah berkata bahwa "jejak karbon adalah bagian dari etika politik." Etika yang seharusnya dipertimbangkan oleh para calon pemimpin. Sebab, seorang pemimpin yang tidak peduli pada jejak karbon, akan sulit dipercaya dalam hal kebijakan lingkungan. 

Siti Nurbaya Bakar, mantan Menteri Lingkungan Hidup, juga menekankan pentingnya transparansi dalam mengungkap jejak karbon. Menurutnya, masyarakat berhak mengetahui dampak dari setiap calon pemimpin. Publik berhak tahu, siapa yang hanya berbicara, dan siapa yang benar-benar bertindak.

Langkah-langkah Memilih Pemimpin Ramah Lingkungan

Sebagai pemilih, kita bisa membuat perubahan, bahkan dari hal yang paling sederhana. Berikut beberapa langkah konkret yang bisa kita lakukan untuk memilih pemimpin yang bertanggung jawab pada lingkungan:

1. Evaluasi Rencana Lingkungan: Cari tahu apakah kandidat memiliki rencana untuk mengurangi polusi dan melindungi alam. Pemimpin yang bijaksana pasti menyusun rencana nyata untuk mengurangi emisi karbon.

2. Perhatikan Cara Mereka Kampanye: Apakah mereka menggunakan cara-cara yang boros energi atau minim dampak lingkungan? Kandidat yang menggunakan media digital dan menghindari pamflet plastik menunjukkan bahwa mereka peduli pada bumi ini.

3. Cek Jejak Karbon Kampanye: Seandainya kita bisa melihat data jejak karbon setiap kampanye, akan jelas siapa yang benar-benar peduli dan siapa yang hanya mencari suara. Transparansi dalam jejak karbon akan sangat membantu masyarakat dalam menilai calon pemimpin.

4. Pilih Mereka yang Memprioritaskan Keberlanjutan: Di banyak negara maju, pemimpin sudah memprioritaskan keberlanjutan. Sudah saatnya kita mulai memilih dengan lebih bijak. Memilih pemimpin yang menempatkan keberlanjutan sebagai prioritas utama akan memberikan kita harapan.

Mengapa Semua Ini Penting?

Kita hanya punya satu bumi. Bumi yang kita tinggali adalah warisan untuk anak-anak kita. Memilih pemimpin yang peduli pada lingkungan bukan hanya soal tren atau gaya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun