Mungkin sudah waktunya berhenti berpikir bahwa berbicara soal tubuh adalah tabu. Bukankah kita ingin anak-anak kita tumbuh menjadi orang dewasa yang sehat?
Orang dewasa yang tahu batas tubuhnya, yang tahu cara melindungi diri. Mereka yang paham apa yang sehat dan aman untuk diri mereka.
Sebagai masyarakat, kita punya tanggung jawab untuk memastikan mereka tumbuh dengan pengetahuan yang cukup.
Tidak hanya matematika atau sejarah, tapi juga tentang tubuh mereka sendiri. Bukankah itu hak dasar setiap manusia? Mari kita bicara tentang pendidikan seks tanpa takut.
Realitas di Sekolah dan Asrama, Belajar Tanpa Peta
Pelecehan tidak hanya terjadi di jalanan. Banyak kasus terjadi di tempat yang dianggap aman---sekolah dan asrama. Institusi yang seharusnya jadi zona perlindungan malah menjadi titik risiko.
Menurut data UNICEF, lebih dari setengah kasus pelecehan terjadi di lingkungan terdekat. Mereka yang tidak tahu soal tubuh sendiri rentan menjadi korban.
Dengan pendidikan seks yang memadai, mereka akan punya bekal untuk mengenali bahaya, melihat tanda, dan berani melapor.
Anak-anak yang tinggal di asrama sering kali jauh dari orang tua, bergantung pada sekolah. Namun, di sana, mereka juga belajar untuk diam karena tidak tahu ke mana harus bicara.
Pendidikan seks membantu mereka memahami tubuh, batasan, dan memberi mereka kekuatan untuk melindungi diri. Ini bukan tentang mendobrak batas budaya, tetapi memberi mereka peta di tengah dunia yang bisa menjadi sangat berbahaya.
Pendidikan Seks, Hak yang Terabaikan
Sebuah hak. Pendidikan seks bukan opsi yang bisa ditunda sampai mereka dewasa. Ini adalah hak. Anak-anak yang tahu tubuh mereka akan tumbuh dengan pemahaman yang penting.
Mereka tidak hanya paham kesehatan, tetapi juga tahu bahwa mereka punya kendali atas tubuh sendiri. Pendidikan ini memberikan kekuatan yang tak terlihat, tameng terhadap desas-desus yang sering kali tidak akurat, terhadap dunia luar yang tidak selalu aman.