Para orang tua merasa pendidikan seks adalah setan dalam kemasan kelas. Menjelaskan soal tubuh seolah sama saja dengan melepas anak ke hutan belantara. Namun, bukankah kita sebenarnya justru sedang melepas mereka tanpa kompas?
Psikolog anak berpendapat pendidikan seks seharusnya dimulai sejak dini, dengan bahasa yang sederhana. Mulai dari siapa yang boleh menyentuh dan siapa yang tidak. Memberikan pemahaman, bukan ketakutan. Sayangnya, konsep seperti ini masih terlalu jauh di negeri ini.
Sebagian besar orang tua masih percaya pada "batasan budaya" daripada batasan tubuh. Mereka berpikir bicara tentang tubuh sama dengan membuka pintu keinginan.
Padahal, mengajarkan anak tentang tubuh sama pentingnya dengan mengajarkan mereka cara memakai helm atau berhati-hati di jalan raya.Â
Linda Fajarwati, profesor di Universitas Indonesia, menyatakan bahwa pendidikan seks bisa mencegah pelecehan. "Anak-anak yang tahu batas tubuh mereka lebih mampu melindungi diri," katanya. Sementara kita menunggu, angka pelecehan terus meningkat.
Di negara-negara lain, pendidikan seks sudah menjadi bagian dari kurikulum biasa. Ini bukan ilmu yang baru ditemukan, tapi kita memperlakukannya seperti teknologi baru yang belum matang.
Anak-anak di Eropa mempelajari tubuh mereka sama wajarnya seperti belajar geografi. Mereka tahu tentang perubahan tubuh saat pubertas tanpa rasa malu atau takut.
Di sini, banyak yang tumbuh tanpa pernah diberi tahu apapun hingga kebingungan sendiri saat tubuh mulai berubah. Beberapa sekolah di Indonesia perlahan-lahan memperkenalkan konsep pendidikan seks.
Di sana, anak-anak diajarkan bahwa tubuh mereka adalah hak mereka. Tidak ada yang boleh menyentuh tanpa izin. Konsep sederhana, namun berpengaruh besar.
Kenapa Takut pada Pendidikan Seks?
Kenapa kita takut memberi tahu anak-anak tentang tubuh mereka? Apa benar informasi itu yang membuat mereka "liar"? Atau justru karena kita tidak memberi informasi yang benar?
Masalahnya bukan pendidikan seks. Masalahnya adalah ketidaktahuan. Ketika anak-anak tidak tahu tentang tubuh mereka, mereka tidak bisa membuat keputusan bijak. Mereka hanya mendengar rumor, dan sering kali, rumor itu salah.