Sudah lama aku bertanya-tanya, apakah pernikahan harus berarti hilangnya sebagian dari diri kita? Apakah, seperti kata-kata yang sering kubaca, cinta itu memang indah namun selalu beriringan dengan kehilangan?
Dalam percakapan-percakapan panjang di kepalaku, menikah seperti melangkah ke dunia di mana "kita" lebih penting daripada "aku".
Namun, di antara keindahan dan keteguhan janji itu, ada sebuah risiko yang kerap luput dari bayangan: kesepian dalam pernikahan.
Aku bertanya-tanya, apa yang menyebabkan sebuah ikatan yang dianggap sakral justru bisa menyisakan ruang kosong di hati?
Barangkali, hal ini berawal dari harapan-harapan yang begitu tinggi, bahwa bersama seseorang kita tidak lagi merasa sepi, atau mungkin sekadar keyakinan bahwa kebahagiaan akan bertambah dua kali lipat ketika ada yang menemani.
Hari 1: Pertemuan Dua Orang yang Saling Merindu
Dalam tulisannya yang lembut dan reflektif, Alissa Wilkinson di Vox pernah menuliskan bahwa rasa cinta sejati tumbuh dari kerelaan kita untuk melihat pasangan dalam keadaan rapuh, bukan dari sekadar senyum di foto atau canda ringan di sore hari.
Banyak orang memulai pernikahan dengan harapan besar, tetapi juga mungkin dengan ketakutan tersembunyi bahwa rasa cinta yang murni itu hanya sebuah khayalan (vox.com, 10/10/2023).
Wilkinson menambahkan, sering kali kita gagal menyadari bahwa keintiman yang sebenarnya tidak hanya datang dari sentuhan fisik, tetapi dari pemahaman yang mendalam---dan ini adalah perjuangan seumur hidup.
Lalu apa yang terjadi saat rasa kesepian datang, saat percakapan mendalam berubah menjadi obrolan datar, atau saat pulang ke rumah lebih sering terasa seperti formalitas daripada panggilan hati? Bukankah justru di sinilah "lonely marriage" itu dimulai?
Hari 32: Kehilangan Koneksi
Di blog pribadinya, penulis dan psikolog Sue Johnson mencatat bahwa komunikasi menjadi penanda utama sehat tidaknya sebuah hubungan. Ketika komunikasi tidak berjalan lancar, tak jarang pasangan kehilangan koneksi emosional yang sangat berharga.
Saat perasaan ini terus berlanjut, kita mulai merasakan sepi yang aneh---sepi yang justru datang dari orang terdekat kita. Johnson mengatakan, "Jika kamu ingin dicintai, kamu harus siap mencintai dan dicintai dalam keadaan rapuh" (psychologytoday.com, 18/09/2023).