Banyak pasangan yang takut konflik akan merusak hubungan mereka, padahal konflik adalah kesempatan untuk saling memahami. Alih-alih saling menyalahkan, gunakan kalimat-kalimat seperti, "Aku merasa begini karena...," sehingga pasangan mengerti perasaan kita tanpa merasa disudutkan.
5. Jangan Biarkan Kesibukan Menggantikan Kehangatan
Nicole dan Charlie sama-sama sibuk, sama-sama ambisius. Tetapi sayangnya, kesibukan mereka perlahan menggeser kedekatan emosional.Â
Mereka berbicara, tetapi jarang berbicara dengan hati. Di era serba sibuk seperti sekarang, sangat mudah untuk menjadikan kesibukan sebagai alasan. Bekerja, mengurus anak, mengurus rumah---semuanya menyita waktu hingga tak ada yang tersisa untuk satu sama lain.
Kesibukan adalah salah satu musuh utama dalam hubungan. Ketika kita mengabaikan perasaan pasangan demi tenggelam dalam pekerjaan atau kesibukan lainnya, kita pelan-pelan merenggangkan ikatan emosional.
Saran: Jadwalkan Waktu Khusus
Luangkan waktu khusus untuk sekadar berbicara dan menikmati kebersamaan tanpa gangguan. Bisa itu malam mingguan sederhana di rumah, atau waktu untuk makan malam bersama tanpa gadget. Anggap ini sebagai 'ritual kebersamaan' yang memperkuat ikatan emosional.
6. Mengenali Kebutuhan Bahagia yang Berbeda
Nicole ingin lebih dari sekadar mendukung suami dan anak. Kebahagiaan baginya adalah kebebasan, identitas, dan ruang untuk tumbuh.Â
Charlie, di sisi lain, merasa bahwa kebahagiaan itu adalah keluarga yang harmonis. Ini adalah dilema umum dalam lonely marriage---dua orang yang memiliki definisi kebahagiaan yang berbeda namun tak pernah membicarakannya.
Saran: Kenali Definisi Bahagia Pasangan Anda
Beranikan diri untuk berbicara tentang kebahagiaan Anda masing-masing, dan temukan kompromi yang sehat. Pernikahan yang bahagia bukanlah pernikahan yang ideal tanpa konflik, tetapi pernikahan yang dapat beradaptasi dengan perubahan kebutuhan dan keinginan kedua belah pihak.
Menghindari Lonely Marriage: Pernikahan adalah Perjalanan, Bukan Tujuan
Marriage Story mengajarkan bahwa pernikahan bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan yang penuh liku. Ada kalanya kita merasa terluka, kecewa, bahkan meragukan ikatan ini.Â
Namun, kunci dari pernikahan yang harmonis bukanlah ketiadaan masalah, tetapi kesediaan untuk terus mencoba memahami, menghargai, dan berkompromi.
Ingat, lonely marriage bisa dihindari ketika kita berhenti menuntut kesempurnaan dan mulai membangun keintiman sejati. Berjalanlah bersama, saling menatap dalam-dalam, dan jangan pernah takut untuk bertanya: "Sayang, apa kamu bahagia?"