Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Enam Pelajaran dari "Marriage Story" untuk Kita Semua

26 Oktober 2024   16:22 Diperbarui: 27 Oktober 2024   07:57 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nicole merasa bahwa dia kehilangan suaranya. Kita menyaksikan adegan kuat ketika ia berkata pada mediator perkawinan, "I don't like what I wrote."

Ia tidak yakin apakah ungkapan cintanya pada Charlie masih relevan dengan perasaan yang ia miliki sekarang. Charlie melihat Nicole sebagai pendukung, bukan sebagai sosok yang juga memiliki aspirasi dan suara sendiri.

Dalam hubungan yang sehat, pasangan harus saling mendengarkan---bukan sekadar dengan telinga, tetapi dengan hati. Pernikahan seringkali membutuhkan 'ruang bicara', di mana kita dapat mengungkapkan rasa frustrasi atau keinginan tanpa takut akan penghakiman.

Saran: Mendengarkan sebagai Rutinitas

Sering kali, ketika pasangan mengeluh, kita terlalu cepat mencari solusi. Padahal, kadang-kadang mereka hanya butuh didengar. Jangan terburu-buru menghakimi atau merasionalisasi perasaan mereka. 

Tanyakan lebih dalam, "Bagaimana perasaanmu?" atau "Apa yang kamu harapkan dari semua ini?" Sesederhana itu, tetapi bisa berdampak besar.

3. Menghindari 'Kotak Persepsi' yang Menyesatkan

Dalam Marriage Story, Nicole dan Charlie memiliki persepsi yang sangat berbeda tentang pernikahan mereka. Nicole merasa terperangkap, sementara Charlie merasa sudah memberi yang terbaik. 

Seringkali kita menempatkan pasangan kita dalam kotak, label-label yang bisa saja sebenarnya tidak benar. Ini adalah jebakan dalam lonely marriage, di mana pasangan mulai membentuk asumsi tentang satu sama lain tanpa berdialog.

Tanpa disadari, kita mungkin berpikir bahwa pasangan seharusnya puas dengan keadaan yang ada. Kita mengira, "Dia bahagia kok," atau "Ini hanya masa sulit," padahal di baliknya ada kepedihan yang terus terpendam.

Saran: Hancurkan Kotak Persepsi

Selalu tanyakan kepada diri sendiri, apakah persepsi Anda benar? Apa yang Anda kira, bukanlah kebenaran mutlak. Komunikasi terbuka adalah kuncinya. Beranikan diri untuk berbicara jujur, tidak hanya tentang perasaan kita tetapi juga tentang persepsi kita akan perasaan pasangan.

4. Berani Berkonflik: Jangan Tunggu Sampai Menjadi Ledakan

Salah satu adegan paling intens dalam Marriage Story adalah saat Nicole dan Charlie bertengkar habis-habisan. Itu bukan sekadar argumen biasa; itu adalah akumulasi dari banyak perasaan yang terpendam. 

Dalam kehidupan nyata, pernikahan yang sehat justru sering melibatkan konflik, selama itu adalah konflik yang produktif dan terarah. Lonely marriage sering kali diwarnai dengan penghindaran konflik. Salah satu atau kedua pihak memilih untuk menahan perasaan dan menghindari pembicaraan sensitif demi menghindari pertengkaran.

Saran: Hadapi Konflik dengan Kedewasaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun