Di tengah ketimpangan sosial dan tantangan ekonomi yang semakin kompleks, peralihan kepemimpinan ini memunculkan harapan akan perubahan nyata. Namun, harapan tersebut harus diimbangi dengan kesadaran bahwa perubahan struktural dalam sistem sosial-politik tidak dapat terjadi secara instan.
Ada dinamika kekuasaan yang terus bermain, dan struktur sosial yang sering kali menghambat perubahan radikal.
Lebih dari Sekadar Kepergian
Momen kepergian Jokowi dari Bandara Halim menuju Solo pada 20 Oktober 2024 adalah simbol dari peralihan kekuasaan yang lebih kompleks dari sekadar seremoni formal.
Ini adalah refleksi dari perjalanan politik Indonesia yang dinamis, di mana perubahan kekuasaan tidak hanya berarti pergantian pemimpin, tetapi juga perubahan arah kebijakan, dinamika sosial, dan struktur kekuasaan.
Warisan Jokowi akan diuji dalam masa pemerintahan Prabowo-Gibran, dan perannya di belakang layar bisa menjadi kunci dalam menentukan masa depan politik Indonesia.
Keberangkatan ini, lebih dari sekadar perpisahan, adalah simbol dari sebuah transisi---bukan hanya dalam kepemimpinan, tetapi juga dalam bagaimana masyarakat Indonesia memahami kekuasaan dan warisan seorang pemimpin.
Sebagaimana dinyatakan oleh pakar politik, "Pemimpin yang berhasil adalah mereka yang meninggalkan panggung kekuasaan, namun tetap memengaruhi jalannya sejarah" (kompas.com, 20/10/2024).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H