Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik.

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Apa Makna Kedatangan Pemimpin Dunia di Pelantikan Prabowo-Gibran?

20 Oktober 2024   10:43 Diperbarui: 20 Oktober 2024   16:46 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto, menyambut langsung pemimpin dunia yang hadiri pelantikan di Gedung MPR/DPR| Sumber: KompasTV via tribunnews.com

Pelantikan Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia dan Gibran Rakabuming Raka sebagai Wakil Presiden pada 20 Oktober 2024, tidak hanya menjadi momen penting dalam sejarah politik domestik Indonesia.

Kehadiran para pemimpin dunia di acara ini memberikan sinyal kuat akan makna geopolitik yang lebih luas. Bukan sekadar seremoni, kunjungan ini menunjukkan bagaimana pelantikan presiden baru dapat berfungsi sebagai ajang diplomasi, mencerminkan pergeseran aliansi strategis, dan membangun fondasi baru untuk hubungan internasional Indonesia di masa mendatang.

Arah Geopolitik Baru?

Kehadiran Wakil Presiden China, Han Zheng dan Wakil Perdana Menteri Rusia, Denis Manturov, pada pelantikan ini menyoroti betapa pentingnya posisi Indonesia dalam lanskap geopolitik global.

China dan Rusia, dua kekuatan besar di dunia saat ini, telah lama memperlihatkan ketertarikan untuk mempererat hubungan bilateral dengan Indonesia. Ini bisa dianggap sebagai indikasi bahwa Indonesia di bawah pemerintahan Prabowo-Gibran mungkin akan memperkuat poros diplomasi yang berfokus pada Asia Timur dan Eurasia.

Indonesia, dengan posisinya yang strategis di Asia Tenggara dan kekuatan ekonomi yang terus berkembang, memiliki potensi untuk memainkan peran yang lebih besar dalam perimbangan kekuatan global.

Menariknya, kehadiran Han Zheng dari China menandakan kelanjutan dari tren peningkatan hubungan ekonomi dan perdagangan yang sudah kuat antara kedua negara. Dalam beberapa tahun terakhir, Indonesia telah menjadi mitra penting dalam inisiatif Belt and Road, yang bertujuan meningkatkan konektivitas dan pembangunan infrastruktur di seluruh Asia dan Afrika.

Oleh karena itu, kehadiran China dalam pelantikan ini bisa dipahami sebagai langkah diplomatik untuk memperkuat peran Indonesia sebagai pusat ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Di sisi lain, kedatangan Wakil Perdana Menteri Rusia, Denis Manturov, memperlihatkan bahwa Indonesia mungkin akan memperluas kerjasama ekonomi dan pertahanan dengan Rusia.

Dalam konteks global di mana Rusia menghadapi sanksi dari Barat akibat konflik Ukraina, hubungan dengan negara-negara seperti Indonesia menjadi semakin penting. Indonesia dapat menawarkan pasar yang menjanjikan dan menjadi mitra strategis dalam bidang energi dan perdagangan senjata.

Kehadiran pemimpin dunia dari negara-negara ini menunjukkan kemungkinan pergeseran kebijakan luar negeri Indonesia yang lebih berimbang, tidak terlalu bergantung pada satu kekuatan besar seperti Amerika Serikat atau Uni Eropa. 

Sebaliknya, Indonesia tampaknya berupaya untuk menjaga hubungan baik dengan berbagai negara, termasuk kekuatan-kekuatan besar non-Barat.

Negosiasi Bilateral di Balik Pelantikan

Acara pelantikan presiden sering kali menjadi lebih dari sekadar seremonial. Di balik pintu tertutup, pertemuan bilateral yang tidak dipublikasikan sering kali berlangsung, membuka jalan bagi negosiasi diplomatik yang lebih substansial.

Kehadiran pemimpin dari Laos, Vietnam, Brunei, dan Timor Leste, misalnya, bisa diartikan sebagai sinyal bahwa Indonesia berusaha memperkuat hubungan di tingkat regional.

Asia Tenggara, sebagai kawasan yang sangat dinamis secara ekonomi dan politik, memegang peran penting dalam kebijakan luar negeri Indonesia. Negara-negara ASEAN seperti Laos, Vietnam, dan Brunei, yang hadir dalam pelantikan ini, menunjukkan bahwa Indonesia mungkin akan memainkan peran yang lebih aktif dalam mendorong integrasi ekonomi regional dan memperkuat solidaritas politik di kawasan tersebut.

Ini semakin relevan di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik di Laut China Selatan dan perebutan pengaruh antara kekuatan-kekuatan besar di kawasan tersebut.

Pandangan Tentang Diplomasi Indonesia

Pengamat politik internasional melihat kehadiran pemimpin dunia ini sebagai indikasi kuat bahwa Indonesia akan semakin mengambil peran proaktif dalam hubungan internasional.

Menurut Direktur Pusat Kajian Strategis Asia, Prof. Yudhoyono Wibisono, "Pelantikan ini bukan hanya simbol transisi kepemimpinan, tetapi juga panggung diplomasi di mana pergeseran aliansi dan kerjasama strategis baru sedang dibentuk" (Kompas.com, 20/10/2024).

Beberapa pengamat bahkan memperkirakan bahwa kehadiran pemimpin dari negara-negara kecil seperti Vanuatu dan Serbia mencerminkan minat Indonesia untuk memperluas pengaruhnya di luar kawasan Asia-Pasifik, ke arah yang lebih global.

Vanuatu, sebagai negara kepulauan kecil di Pasifik, memiliki hubungan historis yang kuat dengan Indonesia, terutama terkait isu Papua. Sementara itu, Serbia, yang memiliki hubungan diplomatik yang solid dengan Indonesia sejak era Perang Dingin, bisa menjadi mitra potensial dalam berbagai bidang seperti perdagangan dan pendidikan.

Potensi Pergeseran Aliansi

Diplomasi di era Prabowo-Gibran tampaknya akan semakin berfokus pada peningkatan hubungan bilateral yang pragmatis, di mana kepentingan ekonomi dan keamanan menjadi prioritas utama.

Seiring dengan makin menguatnya pengaruh China dan Rusia di kawasan, pertanyaan pentingnya adalah apakah Indonesia akan tetap berkomitmen pada politik luar negeri bebas aktif, atau akan bergeser ke arah yang lebih condong pada kekuatan-kekuatan tertentu.

Dalam konteks ini, Indonesia memiliki peluang besar untuk memimpin dalam mendorong stabilitas dan pembangunan di Asia-Pasifik, terutama dengan memainkan peran mediator dalam sengketa-sengketa regional.

Pemerintahan Prabowo-Gibran diharapkan mampu menjaga keseimbangan antara menjaga hubungan baik dengan kekuatan-kekuatan besar, sekaligus tetap setia pada prinsip-prinsip politik luar negeri Indonesia yang independen dan berdaulat.

Kesimpulan

Kehadiran pemimpin dunia dalam pelantikan Prabowo-Gibran bukan hanya menunjukkan dukungan terhadap proses demokrasi di Indonesia, tetapi juga mencerminkan potensi pergeseran dalam peta geopolitik dan hubungan internasional Indonesia.

Di balik layar, pertemuan dan negosiasi bilateral yang terjadi dalam acara ini bisa berdampak jangka panjang pada arah kebijakan luar negeri Indonesia. Dengan memanfaatkan momen ini, pemerintahan baru dapat memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam tatanan dunia yang semakin multipolar, sekaligus menjaga prinsip politik luar negeri yang bebas dan aktif.

Kehadiran para pemimpin dari berbagai negara di acara ini memberikan harapan bahwa Indonesia akan terus memperkuat posisinya sebagai negara yang berpengaruh, baik di tingkat regional maupun global.

Namun, tantangan ke depan adalah bagaimana pemerintahan Prabowo-Gibran dapat menjaga keseimbangan diplomatik yang rumit di tengah perubahan dinamika global yang cepat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun