Mohon tunggu...
Adib Abadi
Adib Abadi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Eklektik

Tertarik pada dunia buku, seni, dan budaya populer.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Menghadapi Perundungan di Tempat Kerja: Saat Proses Resolusi Konflik Biasa Tak Lagi Cukup

19 Oktober 2024   23:35 Diperbarui: 19 Oktober 2024   23:38 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ILUSTRASI Perundungan di Tempat Kerja | sumber: stock.adobe.com

Tempat kerja seharusnya menjadi ruang yang aman, di mana profesionalisme, integritas, dan kolaborasi dapat tumbuh subur.

Sayangnya, di balik dinding kantor yang terlihat rapi dan terorganisir, seringkali tersimpan dinamika yang tidak sehat---salah satunya adalah perundungan di tempat kerja.

Ini bukanlah masalah sepele. Perundungan, atau workplace bullying, telah menciptakan kondisi kerja yang penuh tekanan, menguras energi, dan merusak kesejahteraan mental karyawan.

Namun, tidak semua konflik di tempat kerja dapat diselesaikan melalui pendekatan standar. Menghadapi seorang perundung bukanlah hal yang mudah, apalagi ketika mereka memiliki kekuatan dan pengaruh di dalam organisasi.

Untuk berpikir bahwa kita bisa "berbicara baik-baik" dengan seorang perundung adalah sesuatu yang naif. Perundung tidak bertindak berdasarkan logika yang sama dengan mereka yang menghargai kolaborasi dan komunikasi terbuka.

Mereka sering memanfaatkan ketakutan, memanipulasi situasi, dan menggunakan kuasa untuk mempertahankan dominasi.

Ketika Perundungan Menjadi Pola yang Terstruktur

Definisi dari Workplace Bullying Institute (WBI) mempertegas bahwa perundungan di tempat kerja merupakan tindakan berulang yang merugikan kesehatan, mencakup pelecehan verbal atau tindakan yang mengancam, mempermalukan, mengintimidasi, atau sabotase yang mengganggu pekerjaan.

Keempat ciri utama perundungan adalah deliberasi, pengulangan, ketidakadilan, dan keuntungan sepihak bagi perundung.

Pada intinya, perundung kerap kali memiliki pola yang terencana dalam perilakunya. Tindakan tersebut tidak terjadi secara sporadis, melainkan merupakan serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mendiskreditkan korban, baik secara mental, profesional, maupun sosial.

Jika tidak segera dihentikan, dampaknya tidak hanya dirasakan oleh korban secara individu, tetapi juga merembet ke seluruh organisasi, mengikis produktivitas dan merusak budaya kerja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun