Namun, menghadapi perundungan bukan sekadar masalah individu, melainkan tantangan struktural yang membutuhkan respons dari seluruh lapisan organisasi, mulai dari rekan kerja hingga manajemen senior.
Apa yang Dapat Dilakukan Rekan Kerja?
Dalam situasi perundungan, rekan kerja memiliki peran yang signifikan. Mereka sering kali menjadi saksi diam atau korban tidak langsung dari atmosfer toxic yang diciptakan oleh si perundung. Namun, di sinilah kekuatan komunitas dapat diuji. Ada beberapa langkah yang dapat diambil oleh sesama rekan kerja untuk membantu korban perundungan:
1. Membentuk Lingkar Dukungan Sosial
Korban perundungan sering kali merasa terisolasi, terutama ketika mereka dipojokkan oleh si perundung. Dengan membangun hubungan sosial yang kuat di tempat kerja, rekan kerja dapat menyediakan dukungan emosional dan menciptakan lingkungan yang aman bagi korban untuk berbicara dan mengungkapkan perasaannya. Ketika perundung merasa bahwa korbannya memiliki sekutu yang kuat, mereka cenderung mundur karena kehilangan kendali atas situasi.
2. Mendokumentasikan Perilaku Perundung
Ketika seseorang menjadi korban perundungan, sering kali sulit untuk mengumpulkan bukti atas tindakan tersebut. Inilah saatnya rekan kerja dapat membantu dengan mengamati dan, jika memungkinkan, mendokumentasikan perilaku perundung. Apakah itu melalui catatan pertemuan, email, atau pesan singkat, dokumentasi ini dapat menjadi senjata penting ketika kasus tersebut dibawa ke ranah formal.
3. Bersikap Proaktif dengan Atasan
Seringkali, perundung merasa tidak tersentuh karena manajemen tidak mengambil tindakan tegas. Rekan kerja dapat berperan dengan memastikan bahwa manajer dan atasan mengetahui situasi ini. Namun, tindakan ini harus dilakukan dengan cara yang bijaksana, mengingat posisi kekuasaan perundung yang mungkin memiliki hubungan dekat dengan manajemen. Oleh karena itu, pengumpulan bukti yang jelas dan objektif adalah kunci.
Faktor Pemicu Perundungan
Mengapa perundungan bisa terjadi di tempat kerja? Jawabannya bisa kompleks, tetapi biasanya berakar pada dinamika kekuasaan yang tidak seimbang. Dalam beberapa kasus, perundung merasa terancam oleh kemampuan atau potensi korban dan merespons dengan menekan mereka untuk mempertahankan posisi dominan. Ada juga faktor-faktor lain yang dapat memicu perundungan, seperti:
- Budaya Kerja yang KompetitifÂ
Di lingkungan yang sangat kompetitif, karyawan mungkin merasa bahwa mereka harus menginjak orang lain untuk maju. Mereka menganggap kolega sebagai ancaman terhadap kesuksesan mereka sendiri.
- Kurangnya Kebijakan Anti-Perundungan yang TegasÂ
Ketika sebuah organisasi tidak memiliki kebijakan yang jelas mengenai perundungan, perundung merasa bebas untuk bertindak tanpa takut konsekuensi. Ketiadaan sanksi formal sering kali membuat mereka semakin berani.
- Relasi Kuasa yang Tidak Seimbang
Perundung sering kali memanfaatkan posisi kekuasaan mereka, baik secara hierarkis maupun sosial, untuk menekan orang lain. Dalam hal ini, karyawan junior atau mereka yang berada dalam posisi rentan sering kali menjadi sasaran.
Kebijakan yang Dapat Diterapkan untuk Mengatasi Perundungan
Organisasi harus menyadari dampak buruk perundungan terhadap produktivitas dan kesejahteraan karyawan. Ada beberapa kebijakan dan langkah yang bisa diterapkan untuk mencegah dan menangani perundungan secara efektif:
1. Menyusun Kebijakan Anti-Perundungan yang Jelas
Semua organisasi harus memiliki kebijakan formal yang menjelaskan definisi perundungan, prosedur pelaporan, dan sanksi yang diterapkan. Kebijakan ini harus disosialisasikan kepada seluruh karyawan agar semua orang tahu apa yang dianggap sebagai perilaku yang tidak dapat diterima.