Di gerbong ini, tampaknya lebih dari satu dari seribu yang membaca. Saya mulai berpikir, mungkinkah ini menjadi cikal bakal dari sesuatu yang lebih besar? Sebuah revolusi literasi yang tak diawali oleh kebijakan besar, tapi oleh tindakan kecil dari setiap individu?
***
Suara halus dari pria paruh baya yang masuk ke gerbong menarik perhatian saya. Ia duduk di pojokan, membuka bukunya, dan mulai membaca. Pemandangan ini semakin memperkuat keyakinan saya bahwa sesuatu sedang terjadi.
Sebuah keajaiban kecil, mungkin. Membaca buku di tempat umum, di tengah hiruk-pikuk dunia modern ini, adalah tindakan yang terasa hampir seperti ritual.
Membalik halaman kertas, mencium aroma khas buku yang telah terbaca oleh banyak tangan, tenggelam dalam dunia yang dibangun oleh kata-kata---ini semua memberikan pengalaman yang tak bisa digantikan oleh teknologi.
Saat itu, saya merogoh tas, mengeluarkan ponsel dan seperti biasa mulai men-scroll. Tapi entah kenapa, kali ini terasa hampa. Layar ponsel tak lagi memikat seperti biasanya.
Berita-berita acak, meme lucu, video pendek---semuanya terasa dangkal dan tak bernyawa. Saya mengingat kembali wajah ibu yang membacakan dongeng kepada anaknya tadi. Ada kehangatan di sana yang tak bisa diberikan oleh layar.
Saya meletakkan ponsel saya kembali, menatap keluar jendela, melihat kota Jakarta yang mulai bangun. Namun di dalam gerbong ini, waktu seolah melambat.
Orang-orang mulai saling berbagi buku, mendiskusikan apa yang mereka baca, bahkan membentuk komunitas kecil di tengah perjalanan. Apa yang tadinya hanya sebuah kampanye sederhana, kini berkembang menjadi kebiasaan yang menyebar dengan cepat.
Ada tagar #BacaDiKereta yang mulai bermunculan di media sosial. Orang-orang berbagi buku apa yang mereka baca, pengalaman yang mereka rasakan saat membaca di kereta, dan bagaimana kebiasaan ini mengubah cara pandang mereka. Ini bukan sekadar tentang membaca, tapi tentang membangun budaya literasi yang lebih dalam.
Kereta ini, gerbong yang pernah terasa dingin dan asing, kini menjadi ruang di mana pikiran-pikiran terbuka, di mana cerita-cerita bertukar tangan.